Tuesday, March 13, 2012

Menjadi Muslim Peduli Lingkungan


Menjadi Muslim Peduli Lingkungan
Syah Azis Nangin 
(Dimuat di Buletin Jum’at SAKINAH, DPU Daarut Tauhid Edisi 348 / Th IV / Februari 2012 M / Rabiuts Tsani 1433 H.)

 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah” (QS. Al Baqarah: 30) 
Akhir-akhir ini, media massa banyak membicarakan tentang isu-isu lingkungan. Hal ini juga tidak terlepas dari kerusakan lingkungan yang mengundang datangnya bencana alam, terutama banjir dan tanah longsor. Bencana yang lain di antaranya badai, angin puting beliung, tsunami, gunung meletus, gempa bumi, kekeringan, kebakaran hutan, dan lain-lain. Sebagian dari bencana itu terlihat terjadi secara alami namun sebagian yang lain terlihat jelas terjadi akibat aktivitas manusia.
Di abad ke-21 ini, bencana alam yang semakin banyak terjadi adalah bencana yang terkait  iklim. Hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia yang semakin kompleks disertai dengan penggunaan mesin-mesin yang tidak ramah lingkungan. Asap yang keluar dari pabrik-pabrik serta kendaraan menjadi pemicu terjadinya efek rumah kaca. Akibatnya terjadilah pemanasan global, suhu di atmosfer bumi semakin meningkat. Pemanasan global tidak hanya berhenti pada peningkatan suhu bumi. Ia diikuti oleh bencana-bencana lain.
Pada hakikatnya manusia diciptakan ke bumi ini adalah sebagai kholifah bumi. Artinya manusia menjadi wakil dari Allah untuk mengatur bumi. Allah menciptakan bumi untuk manusia. Hal ini bukan hanya pada pemanfaatan hasilnya tetapi juga pada penjagaan bumi. Dengan demikian keberlangsungan kehidupan manusia di bumi berada di tangan manusia. Allah SWT berfirman: “Dialah Yang telah menciptakan untuk kamu semua yang ada di bumi” (QS. Al Baqarah: 29)

Maka dari itu manusia seluruhnya bertanggung jawab atas keberlangsungan hidup di bumi, terutama umat Islam. Allah SWT dan Rasul SAW mengajarkan kita untuk peduli pada lingkungan. Di dalam Islam, Al Qur’an dan Sunah secara jelas mengatur hubungan manusia dengan alam semesta di samping hubungannya dengan Allah dan dengan sesama manusia. Spirit yang dibangun adalah spirit melindungi (konservasi) dan tidak melakukan kerusakan bukan semangat eksploitasi atau mengeruk bumi beserta segala isinya tanpa peduli akibatnya.
Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi adalah untuk kepentingan manusia. Untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia di bumi maka manusia harus menjaganya sesuai dengan amanah manusia sebagai kholifah di muka bumi ini. Hal ini adalah untuk menopang kehidupan manusia sehingga tetap bisa dipertahankan. Allah SWT berfirman: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakannya pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.” (QS. Al Hijr: 19-20)
Di samping semangat konservatif, Allah SWT juga melarang manusia untuk melakukan kerusakan di dalamnya. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik.” (QS.Al A’raf: 56)
Betapa besar anugerah dan nikmat dari Allah SWT memperbaiki bumi yang dirusak oleh manusia. Sebagai contoh sederhana adalah saat hujan turun. Debu-debu dan partikel-partikel kecil di udara akan ikut turun ke tanah bersamaan dengan air hujan yang turun dari langit. Karena itu setelah hujan turun udara di sekelilingnya akan menjadi segar. Demikian juga senyawa-senyawa beracun di udara yang tidak bisa terurai kecuali dengan energi yang sangat tinggi. Kemudian Allah SWT menciptakan petir untuk menguraikan senyawa-senyawa tersebut sehingga bermanfaat kembali untuk kepentingan manusia. Betapa manusia akan menjadi manusia yang sangat rendah derajatnya di mata Allah SWT karena telah melakukan perusakan di muka bumi setelah Dia memperbaikinya.
Sumber utama ajaran Islam, Sunah Rasul SAW juga memberikan banyak petunjuk bagi manusia agar menjaga dan merawat lingkungan dengan baik serta tidak merusaknya. Kepedulian Rasulullah SAW pada lingkungan tidak hanya terbatas pada komponen abiotik lingkungan hidup tetapi juga terhadap hewan dan tumbuhan komponen biotik ekosistem bumi. 
Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh). Ia mengatur segala urusan manusia baik dalam hubungan dengan Allah SWT, Sang Pencipta maupun dengan sesama makhluk citaannya termasuk manusia dan alam semesta. Sehingga Islam mampu menjadikan dirinya sebagai rahmat bagi semesta alam melalu pribadi Rasul dan umat Islam. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al Anbiya’ (21) ayat 107: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Dan salah satu bentuk rahmat itu ketika manusia menampilkan prilaku baik terhadap alam seperti yang telah digariskan dalam ajaran Islam melalui Al-Qur’an maupun hadits Al-Hadits.
Syah Azis Perangin Angin, S.Th.I, 
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Univ. Diponegoro Semarang

0 Komentar:

Post a Comment