7 Langkah Memulai Debut Resensi
Nurfita Kusuma Dewi
Beberapa hari yang lalu sebuah surat masuk ke inbox surel. Ternyata
dari redaksi sebuah koran nasional yang bermarkas di kota Jakarta. Isinya
tentang “tanggapan” atas kiriman tulisan resensi yang sempat dikirim ke koran
tersebut. Sebelumnya, saya memang mengirim sebuah tulisan resensi ke koran
tersebut. Namun setelah beberapa hari ditunggu dan resensi tidak kunjung
dimuat, maka saya berinisiatif untuk merombak tulisan tersebut dan
mengirimkannya kembali. Sayangnya, pasca dirombak ulang, resensi yang saya
kirim pun tidak juga dimuat. Saya sempat penasaran apa sebab musabab tulisan
itu tidak kunjung dimuat, karena bulan Agustus 2011 yang lalu saya hanya
menunggu satu hari sampai kiriman resensi dimuat di koran tersebut. Hingga
akhirnya di satu hari, rasa penasaran itu terjawab lewat kiriman surat
elektronik sang redaktur koran.
Sejujurnya, isi surat elektronik tersebut sedikit kurang menyenangkan. Beberapa
kalimat ditulis dengan huruf kapital dan kata “jangan” muncul beberapa kali. Awalnya
agak kesal juga karena saya merasa tidak melakukan kesalahan. Pertama, sang redaktur
melarang untuk tidak mengirim ke alamat “email redaksi” melainkan ke “email
opini” koran dan kiriman tulisan yang masuk ke “email redaksi” per 1 Juni 2012
akan di delete. Padahal tulisan resensi saya kirim per Mei 2012 dan di
web koran tersebut hanya ada alamat “email redaksi”. Pun dulu mengirim ke
“email redaksi”, resensi tetap dimuat. Kedua, sang redaktur meminta kelengkapan
identitas. Padahal jelas-jelas saya sudah mencantumkan identitas setiap menulis
tulisan di koran. Ketiga, teks harus dalam attachment. Dan itu sudah
saya lakukan. Terakhir, redaktur meminta ada kutipan-kutipan halaman buku yang
diresensi dan bukan hanya sekedar omong-omong. Untuk hal ini,
saya bisa memahami karena syarat kutipan isi buku dalam resensi bertujuan untuk
menghindari adanya praktik kopas dan memastikan penulis resensi benar-benar
membaca buku tersebut. Meskipun, resensi yang dimuat di koran tersebut pun
dulunya tidak memuat halaman buku. Panjang tulisan pun bertambah menjadi 4000
karakter, dari sebelumnya 2000-3000 karakter. Mungkin kebijakan baru, pikir
saya kemudian.
Nah daripada surel dari redaksi koran hanya tersimpan di inbox, ada
baiknya jika isinya dibagi-bagi kepada teman-teman sebagai tips menulis resensi
di media massa. Selama ini beberapa orang masih terus berpikir bahwa mengirim
tulisan di koran itu sulit. Meski sebenarnya, pengirim tulisan hanya butuh
mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh redaksi koran yang dituju.
Wa bil khusus untuk kolom resensi buku, ada beberapa koran yang
hanya ingin menampilkan cerita dalam buku. Sehingga resensi yang dimuat di
koran pun serupa dengan “ringkasan” buku yang diresensi. Namun ada pula koran
yang menginginkan ulasan mendalam tentang isi buku yang diresensi. Yakni
pendapat sang resensor, baik dari segi kelebihan maupun kekurangan buku
dibandingkan dengan buku-buku (sejenis) lainnya. Misal, resensi novel tentang
kegigihan anak-anak desa untuk tetap sekolah, maka kelebihan dan kekurangan isi
ceritanya dapat dibandingkan dengan novel Laskar Pelangi. Begitu juga saat
meresensi buku-buku motivasi maka resensor dituntut pula untuk memiliki
pengetahun tentang buku-buku sejenis.
Modal resensor yang baik adalah banyak-banyak membaca buku. Tidak sulit,
terlebih bagi mereka yang senang membaca novel dengan genre-genre tertentu. Bahkan
menulis resensi buku bisa dikatakan low risk high return. Bagaimana
tidak? Resensor tidak diwajibkan memiliki buku yang diresensi. Sehingga buku
yang diresensi bisa jadi buku pinjaman dari seorang teman (pengalaman
pribadi.red). Modal awal nol rupiah, namun return yang didapat bisa
mencapai angka tiga ratus ribu rupiah. Cukup untuk modal membeli buku-buku baru
lagi bukan? Dan buku baru yang sudah dibaca pun dapat kembali diresensi dan
dikirim ke koran lagi. Jadi uang buku kembali lagi ke buku! Sisanya? Bisa
dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain.
Meski demikian, tidak semua buku yang diresensi bisa dimuat di media massa.
Calon resensor harus terlebih dahulu paham tentang “jenis” resensi buku apa
saja yang berpotensi besar dimuat di media massa. Nah, berikut ini ada tujuh
langkah yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menulis book reviews
untuk dikirimkan ke berbagai media massa.
.satu
::: PERHATIKAN TAHUN TERBIT BUKU
Mulai sekarang biasakan untuk melihat tahun terbit buku sebelum membeli
buku. Hampir semua media massa hanya mau memuat resensi buku-buku yang
tergolong baru. Kata “baru” disini bukan berarti buku terbitan Mei 2012 sudah
dianggap kadaluarsa untuk diresensi di bulan Juni 2012. Yang penting, buku
diterbitkan di tahun yang sama dengan tahun meresensi. Pun mengenai bulan
terbitnya bisa dalam rentang waktu 4 bulan ke belakang. Jadi buku terbitan
bulan Februari masih dimungkinkan untuk dimuat resensinya di bulan Mei.
Untuk mencari buku-buku baru apa saja yang terbit, bisa dengan mengakses
informasi di toko-toko buku online. Lihat saja di gramedia.com,
mizan.com, bukukita.com, dan sebagainya. Unduh data buku seperti judul lengkap
buku, nama penulis, bulan dan tahun terbit, harga buku, jumlah halaman, nama
penulis, nomor ISBN, dan kover buku.
.dua
::: PRIORITASKAN BUKU-BUKU PENERBIT BESAR
Prioritaskan untuk meresensi buku-buku yang diterbitkan oleh
penerbit-penerbit besar jika media massa yang dituju berskala nasional. Konon,
beberapa media massa mendapat reward jika memuat resensi buku-buku
baru terbitan para penerbit besar karena membantu menyediakan media promosi. Kalau
beruntung, resensor pun akan dihubungi oleh penerbit tersebut dan mendapat reward
tertentu. Namun jika media massa yang dituju adalah koran lokal, maka
buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit lokal di daerah tersebut bisa juga
menjadi pilihan.
tiga ::: PASTIKAN BUKU BELUM DIRESENSI ORANG LAIN DI MEDIA
CETAK YANG DITUJU
Setalah menentukan buku yang akan diresensi, selanjutnya pastikan buku
tersebut belum diresensi oleh orang lain. Jika koran A sudah memuat resensi
novel Y lebih baik cari buku atau koran lain. Karena hampir mustahil satu koran
menerbitkan resensi buku yang sama!
Cari media cetak yang mudah kita dapatkan. Akan lebih baik jika kita
memilih koran yang menjadi langganan institusi, kantor, kampus, atau
perpustakaan di sekolah. Selain untuk menghemat pengeluaran membeli
koran, hal ini juga memudahkan kita dalam mengamati tulisan-tulisan resensi
yang dimuat di koran tersebut. Atau bisa juga dengan mengecek di situs
koran tersebut, apakah novel Y sudah dimuat resensinya di media massa
tersebut. Untuk penentuan koran lokal atau nasional adalah hak
prerogratif penulis.
empat ::: PELAJARI KARAKTER TULISAN RESENSI YANG SELAMA INI
DIMUAT
Pelajari resensi-resensi yang dimuat di rubrik resensi koran
tersebut. Pelajari tulisan resensi seperti apa yang diinginkan oleh redaksi
koran tersebut, apakah sekedar ringkasan atau menginginkan ulasan pribadi
tentang isi buku dibandingkan buku sejenis lainnya. Perhatikan juga apakah
kolom resensi hadir setiap minggu atau setiap hari. Jika koran menyediakan ruang resensi setiap hari,
tentu peluang tulisan kita dimuat menjadi lebih besar.
Selain itu, momentum hari-hari tertentu pun bisa jadi berpengaruh. Resensi
yang dimuat akhir bulan April mungkin akan memuat buku-buku tentang emansipasi
wanita atau novel-novel perjuangan Kartini. Begitu pula di awal bulan Mei, buku
tentang pendidikan bisa menjadi pilihan. Namun tetap saja, redaksi akan
memprioritaskan buku-buku baru dibandingkan dengan kesesuaian tema resensi buku
dengan momentum hari-hari penting.
lima ::: BACA, TANDAI, DAN TULIS!
Langkah-langkah sebelumnya akan menjadi sia-sia jika kita tidak pernah
memulai untuk menulis resensi. Jika berniat untuk meresensi buku yang
dibaca, maka tandai halaman atau paragraf yang dirasa penting untuk dicantumkan
dalam naskah tulisan resensi. Kutipan berupa kalimat-kalimat penting, dialog,
atau pun kata-kata yang mewakili pesan buku atau cerita novel akan menjadi
nilai tambah dari resensi yang ditulis. Sebagaimana disyaratkan oleh redaktur
di awal tulisan ini, pencantuman kutipan akan menjadi bukti bahwa kita memang
benar-benar membaca buku tersebut, bukan sekedar omong-omong, dan
tidak sekedar asal kopas!
Sebuah tulisan resensi bisa terdiri dari paragraf tentang tema buku,
gambaran isi atau cerita buku, konflik antartokoh, data-data baru yang disajikan,
tujuan penulisan buku, kelebihan buku, dan kekurangan buku. Setelah tulisan
diselesaikan, mintalah bantuan beberapa teman untuk membacanya, terutama teman
yang juga telah membaca buku tersebut. Tanyakan kepada mereka apakah ada yang
perlu dikoreksi atau ditambahkan dalam tulisan kita. Misalnya saja dari
gaya bahasa yang digunakan, data buku, kelebihan kekurangan cerita, atau
kesalahan ketik. Masukan dan kritikan yang datang dari kawan-kawan ini
jangan justru menyurutkan langkah kita untuk mengirim tulisan. Kalau
kritik itu masih relevan dan logis, maka bisa kita gunakan. Tapi jika
tulisan itu hanya berniat menjatuhkan, maka tetaplah bersikukuh pada niat awal
ketika mulai menulis.
enam ::: KIRIM TULISAN
Tulisan bisa dikirim melalui dua media, yakni via pos maupun surat
elektronik. Selanjutnya, cari alamat redaksi untuk pengiriman tulisan
resensi, berapa panjang tulisan atau jumlah karakter huruf yang diperbolehkan,
dan syarat pengiriman. Untuk pengiriman via pos, sertakan pula disket atau CD
yang berisi softcopy tulisan kita. Jangan lupa juga menyertakan
syarat-syarat yang harus dicantumkan dalam tulisan resensi kita, seperti
fotokopi identitas diri, pas foto, alamat surel, nomor yang bisa dihubungi, dan
nomer rekening.
Usahakan tulisan dikirim sebelum siang hari sehingga redaktur memiliki
waktu yang cukup untuk membaca naskah yang sampai ke meja redaksi, menentukan
resensi yang akan dimuat, dan mengedit tulisan jika diperlukan. Redaksi
biasanya memiliki deadline untuk menyetor naskah yang akan dimuat di
koran edisi esok hari. Jadi semakin mepet tulisan kita kirim dengan deadline
redaktur untuk menyetor naskah ke kepala redaksi atau layouter,
maka semakin kecil peluang tulisan kita dimuat.
Beberapa orang berpendapat bahwa sebuah tulisan ketika dikirim ke suatu
redaksi akan lebih sopan jika dilampiri dengan surat pengantar.
Surat
Pengantar tersebut biasanya berisi tulisan sebagai berikut :
Yogyakarta,
7 Mei 2012
Kepada
Yth.
Redaksi PELANGI KATA
di
tempat
Bersama
ini, saya kirimkan satu tulisan resensi buku berjudul “Saat Goresan Kata
Menciptakan Warna Ide yang Nyata” yang diterbitkan oleh Penerbit Ternama untuk
dimuat di Rubrik Resensi media cetak PELANGI KATA yang Bapak/Ibu pimpin. (Softkopi tulisan
ini telah dikirimkan via imel ke alamat opini@pelangikata.com
*opsional*.) Atas bantuan dan pemberitahuan atas dimuat atau tidaknya
tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih.
Salam,
(Nama
Penulis)
(Biodata
Singkat Penulis, berisi Nama Lengkap, Alamat, Pekerjaan, Alamat Surel, Nomor
Telepon yang Bisa Dihubungi, dan Nomor Rekening)
Jika naskah dikirim via surel, maka badan email hanya memuat surat
pengantar. Naskah tulisan resensi buku, softkopi kover buku, softkopi foto, dan
softkopi identitas diri dilampirkan di surel. Jangan sekali-kali memasukkan
naskah ke badan email karena banyak redaktur yang tidak menyukai hal ini dan
bisa berakibat pada tidak dimuatnya tulisan yang kita kirim. Pada dasarnya,
redaktur menyukai kepraktisan di tengah segala deadline yang
mengitarinya setiap hari (terutama redaktur surat kabar harian). Sehingga
naskah yang diketik dalam Ms Word dan dilampirkan di surel akan
memudahkan redaktur dan layouter untuk mengedit dan mengkopasnya ke layout
koran.
tujuh ::: BERSABAR MENANTI KABAR
Tunggulah kabar dari redaksi koran tersebut dalam kurun waktu 1-7
hari. Ada beberapa redaksi yang berkenan memberikan kabar melalui SMS
atau surat elektronik ketika tulisan kita dimuat oleh koran mereka. Namun
ada pula redaksi yang tidak memberi kabar tentang dimuat atau tidaknya tulisan
kita. Nah, disinilah
kita harus berperan aktif dalam memantau kiriman tulisan kita.
Ada beberapa hal bisa kita lakukan selama masa menunggu ini. Misalnya
saja dengan sering berkunjung ke agensi koran terdekat, atau mencari koran
tersebut di kantor dan perpustakaan untuk menengok rubrik resensi.
Namun, jika tulisan kita ternyata tidak dimuat di koran tersebut maka
jangan putus asa dan merasa gagal. Bersedih boleh, tapi segera cari
strategi lain agar resensi kita layak dimuat di media massa yang kita inginkan.
Bisa juga dengan mencari buku lain untuk diresensi. Sekali lagi diingatkan,
resensor tidak diwajibkan untuk memiliki buku yang diresensi. Jadi, cari lagi
informasi tentang buku baru. Beli atau hunting siapa teman yang
memiliki buku baru tersebut. Pinjam buku tersebut untuk satu atau dua hari,
tulis resensi, dan kirim ke media massa yang kita tuju. Nah, murah dan menyenangkan bukan?
Terkait honor, jangka waktu pembayarannya berbeda-beda antara satu media
massa dengan media massa lainnya. Rata-rata honor dibayarkan tiga minggu sejak
tulisan resensi dimuat. Jadi, kalau satu bulan ada dua tulisan kita yang dimuat
bisa dihitung sendiri kan berapa uang yang dapat dikumpulkan? Ssst, kalau
resensi yang dimuat itu dari buku pinjaman jangan lupa mentraktir sang empunya
buku ya..
Semoga tips yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi siapa pun yang berniat
memulai debut resensi di media massa. Tidak ada kata menyerah dalam
menulis. Tulis, Kirim, Tolak, Edit, Kirim, Tolak, Cari Buku Baru lagi,
Tulis lagi, Kirim lagi, Edit lagi, Kirim lagi, begitu seterusnya. Langkah
nomer satu sampai dengan nomer tujuh adalah sebuah siklus. Tidak harus
berpatokan persis seperti langkah-langkah di atas. Tapi paling tidak
tulisan ini dibuat untuk menjadi acuan bagi penulis pemula yang ingin memulai
debut tulisan resensinya. Selamat
mencoba!^^ (blog.akusukamenulis)
Sumber:
http://akusukamenulis.wordpress.com/2012/06/06/7-langkah-memulai-debut-resensi/
salam gan ...
ReplyDeletemenghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !
Howdy! I know this is kind of off-topic however I needed to ask.
ReplyDeleteDoes operating a well-established website such as yours require a massive amount work?
I'm completely new to operating a blog but I do
write in my diary on a daily basis. I'd like to start a blog
so I can easily share my personal experience and views online.
Please let me know if you have any ideas or tips for new aspiring blog owners.
Appreciate it!
my blog post; http://clients.authorityspyreview.net