Saturday, June 9, 2012

7 Langkah Memulai Debut Resensi


7 Langkah Memulai Debut Resensi

Nurfita Kusuma Dewi

Beberapa hari yang lalu sebuah surat masuk ke inbox surel. Ternyata dari redaksi sebuah koran nasional yang bermarkas di kota Jakarta. Isinya tentang “tanggapan” atas kiriman tulisan resensi yang sempat dikirim ke koran tersebut. Sebelumnya, saya memang mengirim sebuah tulisan resensi ke koran tersebut. Namun setelah beberapa hari ditunggu dan resensi tidak kunjung dimuat, maka saya berinisiatif untuk merombak tulisan tersebut dan mengirimkannya kembali. Sayangnya, pasca dirombak ulang, resensi yang saya kirim pun tidak juga dimuat. Saya sempat penasaran apa sebab musabab tulisan itu tidak kunjung dimuat, karena bulan Agustus 2011 yang lalu saya hanya menunggu satu hari sampai kiriman resensi dimuat di koran tersebut. Hingga akhirnya di satu hari, rasa penasaran itu terjawab lewat kiriman surat elektronik sang redaktur koran.
Sejujurnya, isi surat elektronik tersebut sedikit kurang menyenangkan. Beberapa kalimat ditulis dengan huruf kapital dan kata “jangan” muncul beberapa kali. Awalnya agak kesal juga karena saya merasa tidak melakukan kesalahan. Pertama, sang redaktur melarang untuk tidak mengirim ke alamat “email redaksi” melainkan ke “email opini” koran dan kiriman tulisan yang masuk ke “email redaksi” per 1 Juni 2012 akan di delete. Padahal tulisan resensi saya kirim per Mei 2012 dan di web koran tersebut hanya ada alamat “email redaksi”. Pun dulu mengirim ke “email redaksi”, resensi tetap dimuat. Kedua, sang redaktur meminta kelengkapan identitas. Padahal jelas-jelas saya sudah mencantumkan identitas setiap menulis tulisan di koran. Ketiga, teks harus dalam attachment. Dan itu sudah saya lakukan. Terakhir, redaktur meminta ada kutipan-kutipan halaman buku yang diresensi dan bukan hanya sekedar omong-omong. Untuk hal ini, saya bisa memahami karena syarat kutipan isi buku dalam resensi bertujuan untuk menghindari adanya praktik kopas dan memastikan penulis resensi benar-benar membaca buku tersebut. Meskipun, resensi yang dimuat di koran tersebut pun dulunya tidak memuat halaman buku. Panjang tulisan pun bertambah menjadi 4000 karakter, dari sebelumnya 2000-3000 karakter. Mungkin kebijakan baru, pikir saya kemudian.
Nah daripada surel dari redaksi koran hanya tersimpan di inbox, ada baiknya jika isinya dibagi-bagi kepada teman-teman sebagai tips menulis resensi di media massa. Selama ini beberapa orang masih terus berpikir bahwa mengirim tulisan di koran itu sulit. Meski sebenarnya, pengirim tulisan hanya butuh mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh redaksi koran yang dituju.
Wa bil khusus untuk kolom resensi buku, ada beberapa koran yang hanya ingin menampilkan cerita dalam buku. Sehingga resensi yang dimuat di koran pun serupa dengan “ringkasan” buku yang diresensi. Namun ada pula koran yang menginginkan ulasan mendalam tentang isi buku yang diresensi. Yakni pendapat sang resensor, baik dari segi kelebihan maupun kekurangan buku dibandingkan dengan buku-buku (sejenis) lainnya. Misal, resensi novel tentang kegigihan anak-anak desa untuk tetap sekolah, maka kelebihan dan kekurangan isi ceritanya dapat dibandingkan dengan novel Laskar Pelangi. Begitu juga saat meresensi buku-buku motivasi maka resensor dituntut pula untuk memiliki pengetahun tentang buku-buku sejenis.
Modal resensor yang baik adalah banyak-banyak membaca buku. Tidak sulit, terlebih bagi mereka yang senang membaca novel dengan genre-genre tertentu. Bahkan menulis resensi buku bisa dikatakan low risk high return. Bagaimana tidak? Resensor tidak diwajibkan memiliki buku yang diresensi. Sehingga buku yang diresensi bisa jadi buku pinjaman dari seorang teman (pengalaman pribadi.red). Modal awal nol rupiah, namun return yang didapat bisa mencapai angka tiga ratus ribu rupiah. Cukup untuk modal membeli buku-buku baru lagi bukan? Dan buku baru yang sudah dibaca pun dapat kembali diresensi dan dikirim ke koran lagi. Jadi uang buku kembali lagi ke buku! Sisanya? Bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain. :D
Meski demikian, tidak semua buku yang diresensi bisa dimuat di media massa. Calon resensor harus terlebih dahulu paham tentang “jenis” resensi buku apa saja yang berpotensi besar dimuat di media massa. Nah, berikut ini ada tujuh langkah yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menulis book reviews untuk dikirimkan ke berbagai media massa.
.satu  :::  PERHATIKAN TAHUN TERBIT BUKU
Mulai sekarang biasakan untuk melihat tahun terbit buku sebelum membeli buku. Hampir semua media massa hanya mau memuat resensi buku-buku yang tergolong baru. Kata “baru” disini bukan berarti buku terbitan Mei 2012 sudah dianggap kadaluarsa untuk diresensi di bulan Juni 2012. Yang penting, buku diterbitkan di tahun yang sama dengan tahun meresensi. Pun mengenai bulan terbitnya bisa dalam rentang waktu 4 bulan ke belakang. Jadi buku terbitan bulan Februari masih dimungkinkan untuk dimuat resensinya di bulan Mei.
Untuk mencari buku-buku baru apa saja yang terbit, bisa dengan mengakses informasi di toko-toko buku online. Lihat saja di gramedia.com, mizan.com, bukukita.com, dan sebagainya. Unduh data buku seperti judul lengkap buku, nama penulis, bulan dan tahun terbit, harga buku, jumlah halaman, nama penulis, nomor ISBN, dan kover buku.
.dua  :::  PRIORITASKAN BUKU-BUKU PENERBIT BESAR
Prioritaskan untuk meresensi buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit-penerbit besar jika media massa yang dituju berskala nasional. Konon, beberapa media massa mendapat reward jika memuat resensi buku-buku baru terbitan para penerbit besar karena membantu menyediakan media promosi. Kalau beruntung, resensor pun akan dihubungi oleh penerbit tersebut dan mendapat reward tertentu. Namun jika media massa yang dituju adalah koran lokal, maka buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit lokal di daerah tersebut bisa juga menjadi pilihan.
tiga  :::  PASTIKAN BUKU BELUM DIRESENSI ORANG LAIN DI MEDIA CETAK YANG DITUJU
Setalah menentukan buku yang akan diresensi, selanjutnya pastikan buku tersebut belum diresensi oleh orang lain. Jika koran A sudah memuat resensi novel Y lebih baik cari buku atau koran lain. Karena hampir mustahil satu koran menerbitkan resensi buku yang sama!
Cari media cetak yang mudah kita dapatkan.  Akan lebih baik jika kita memilih koran yang menjadi langganan institusi, kantor, kampus, atau perpustakaan di sekolah.  Selain untuk menghemat pengeluaran membeli koran, hal ini juga memudahkan kita dalam mengamati tulisan-tulisan resensi yang dimuat  di koran tersebut. Atau bisa juga dengan mengecek di situs koran tersebut, apakah novel Y sudah dimuat resensinya di media massa tersebut.  Untuk penentuan koran lokal atau nasional adalah hak prerogratif penulis.
empat  :::  PELAJARI KARAKTER TULISAN RESENSI YANG SELAMA INI DIMUAT
Pelajari resensi-resensi yang dimuat di rubrik resensi koran tersebut.  Pelajari tulisan resensi seperti apa yang diinginkan oleh redaksi koran tersebut, apakah sekedar ringkasan atau menginginkan ulasan pribadi tentang isi buku dibandingkan buku sejenis lainnya. Perhatikan juga apakah kolom resensi hadir setiap minggu atau setiap hari. Jika koran menyediakan ruang resensi setiap hari, tentu peluang tulisan kita dimuat menjadi lebih besar.
Selain itu, momentum hari-hari tertentu pun bisa jadi berpengaruh. Resensi yang dimuat akhir bulan April mungkin akan memuat buku-buku tentang emansipasi wanita atau novel-novel perjuangan Kartini. Begitu pula di awal bulan Mei, buku tentang pendidikan bisa menjadi pilihan. Namun tetap saja, redaksi akan memprioritaskan buku-buku baru dibandingkan dengan kesesuaian tema resensi buku dengan momentum hari-hari penting.
lima  :::  BACA, TANDAI, DAN TULIS!
Langkah-langkah sebelumnya akan menjadi sia-sia jika kita tidak pernah memulai untuk menulis resensi.  Jika berniat untuk meresensi buku yang dibaca, maka tandai halaman atau paragraf yang dirasa penting untuk dicantumkan dalam naskah tulisan resensi. Kutipan berupa kalimat-kalimat penting, dialog, atau pun kata-kata yang mewakili pesan buku atau cerita novel akan menjadi nilai tambah dari resensi yang ditulis. Sebagaimana disyaratkan oleh redaktur di awal tulisan ini, pencantuman kutipan akan menjadi bukti bahwa kita memang benar-benar membaca buku tersebut, bukan sekedar omong-omong, dan tidak sekedar asal kopas!
Sebuah tulisan resensi bisa terdiri dari paragraf tentang tema buku, gambaran isi atau cerita buku, konflik antartokoh, data-data baru yang disajikan, tujuan penulisan buku, kelebihan buku, dan kekurangan buku. Setelah tulisan diselesaikan, mintalah bantuan beberapa teman untuk membacanya, terutama teman yang juga telah membaca buku tersebut. Tanyakan kepada mereka apakah ada yang perlu dikoreksi atau ditambahkan dalam tulisan kita.  Misalnya saja dari gaya bahasa yang digunakan, data buku, kelebihan kekurangan cerita, atau kesalahan ketik.  Masukan dan kritikan yang datang dari kawan-kawan ini jangan justru menyurutkan langkah kita untuk mengirim tulisan.  Kalau kritik itu masih relevan dan logis, maka bisa kita gunakan.  Tapi jika tulisan itu hanya berniat menjatuhkan, maka tetaplah bersikukuh pada niat awal ketika mulai menulis.
enam  :::  KIRIM TULISAN
Tulisan bisa dikirim melalui dua media, yakni via pos maupun surat elektronik.  Selanjutnya, cari alamat redaksi untuk pengiriman tulisan resensi, berapa panjang tulisan atau jumlah karakter huruf yang diperbolehkan, dan syarat pengiriman. Untuk pengiriman via pos, sertakan pula disket atau CD yang berisi softcopy tulisan kita.  Jangan lupa juga menyertakan syarat-syarat yang harus dicantumkan dalam tulisan resensi kita, seperti fotokopi identitas diri, pas foto, alamat surel, nomor yang bisa dihubungi, dan nomer rekening.
Usahakan tulisan dikirim sebelum siang hari sehingga redaktur memiliki waktu yang cukup untuk membaca naskah yang sampai ke meja redaksi, menentukan resensi yang akan dimuat, dan mengedit tulisan jika diperlukan. Redaksi biasanya memiliki deadline untuk menyetor naskah yang akan dimuat di koran edisi esok hari. Jadi semakin mepet tulisan kita kirim dengan deadline redaktur untuk menyetor naskah ke kepala redaksi atau layouter, maka semakin kecil peluang tulisan kita dimuat.
Beberapa orang berpendapat bahwa sebuah tulisan ketika dikirim ke suatu redaksi akan lebih sopan jika dilampiri dengan surat pengantar.
Surat Pengantar tersebut biasanya berisi tulisan sebagai berikut  :
Yogyakarta,  7 Mei  2012
Kepada Yth.
Redaksi PELANGI KATA
di tempat
Bersama ini, saya kirimkan satu tulisan resensi buku berjudul “Saat Goresan Kata Menciptakan Warna Ide yang Nyata” yang diterbitkan oleh Penerbit Ternama untuk dimuat di Rubrik Resensi media cetak PELANGI KATA yang Bapak/Ibu pimpin.  (Softkopi tulisan ini telah dikirimkan via imel ke alamat opini@pelangikata.com *opsional*.)  Atas bantuan dan pemberitahuan atas dimuat atau tidaknya tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih.
Salam,
(Nama Penulis)
(Biodata Singkat Penulis, berisi Nama Lengkap, Alamat, Pekerjaan, Alamat Surel, Nomor Telepon yang Bisa Dihubungi, dan Nomor Rekening)
Jika naskah dikirim via surel, maka badan email hanya memuat surat pengantar. Naskah tulisan resensi buku, softkopi kover buku, softkopi foto, dan softkopi identitas diri dilampirkan di surel. Jangan sekali-kali memasukkan naskah ke badan email karena banyak redaktur yang tidak menyukai hal ini dan bisa berakibat pada tidak dimuatnya tulisan yang kita kirim. Pada dasarnya, redaktur menyukai kepraktisan di tengah segala deadline yang mengitarinya setiap hari (terutama redaktur surat kabar harian). Sehingga naskah yang diketik dalam Ms Word dan dilampirkan di surel akan memudahkan redaktur dan layouter untuk mengedit dan mengkopasnya ke layout koran.
tujuh :::  BERSABAR MENANTI KABAR
Tunggulah kabar dari redaksi koran tersebut dalam kurun waktu 1-7 hari.  Ada beberapa redaksi yang berkenan memberikan kabar melalui SMS atau surat elektronik ketika tulisan kita dimuat oleh koran mereka.  Namun ada pula redaksi yang tidak memberi kabar tentang dimuat atau tidaknya tulisan kita.  Nah, disinilah kita harus berperan aktif dalam memantau kiriman tulisan kita.
Ada beberapa hal bisa kita lakukan selama masa menunggu ini.  Misalnya saja dengan sering berkunjung ke agensi koran terdekat, atau mencari koran tersebut di kantor dan perpustakaan untuk menengok rubrik resensi.
Namun, jika tulisan kita ternyata tidak dimuat di koran tersebut maka jangan putus asa dan merasa gagal.  Bersedih boleh, tapi segera cari strategi lain agar resensi kita layak dimuat di media massa yang kita inginkan. Bisa juga dengan mencari buku lain untuk diresensi. Sekali lagi diingatkan, resensor tidak diwajibkan untuk memiliki buku yang diresensi. Jadi, cari lagi informasi tentang buku baru. Beli atau hunting siapa teman yang memiliki buku baru tersebut. Pinjam buku tersebut untuk satu atau dua hari, tulis resensi, dan kirim ke media massa yang kita tuju. Nah, murah dan menyenangkan bukan? :D
Terkait honor, jangka waktu pembayarannya berbeda-beda antara satu media massa dengan media massa lainnya. Rata-rata honor dibayarkan tiga minggu sejak tulisan resensi dimuat. Jadi, kalau satu bulan ada dua tulisan kita yang dimuat bisa dihitung sendiri kan berapa uang yang dapat dikumpulkan? Ssst, kalau resensi yang dimuat itu dari buku pinjaman jangan lupa mentraktir sang empunya buku ya.. :D
Semoga tips yang sedikit ini bisa bermanfaat bagi siapa pun yang berniat memulai debut resensi di media massa.  Tidak ada kata menyerah dalam menulis.  Tulis, Kirim, Tolak, Edit, Kirim, Tolak, Cari Buku Baru lagi, Tulis lagi, Kirim lagi, Edit lagi, Kirim lagi, begitu seterusnya.  Langkah nomer satu sampai dengan nomer tujuh adalah sebuah siklus.  Tidak harus berpatokan persis seperti langkah-langkah di atas.  Tapi paling tidak tulisan ini dibuat untuk menjadi acuan bagi penulis pemula yang ingin memulai debut tulisan resensinya. Selamat mencoba!^^ (blog.akusukamenulis)
Sumber:
http://akusukamenulis.wordpress.com/2012/06/06/7-langkah-memulai-debut-resensi/

2 Komentar:

  1. salam gan ...
    menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
    di tunggu kunjungan balik.nya gan !

    ReplyDelete
  2. Howdy! I know this is kind of off-topic however I needed to ask.
    Does operating a well-established website such as yours require a massive amount work?

    I'm completely new to operating a blog but I do
    write in my diary on a daily basis. I'd like to start a blog
    so I can easily share my personal experience and views online.
    Please let me know if you have any ideas or tips for new aspiring blog owners.
    Appreciate it!

    my blog post; http://clients.authorityspyreview.net

    ReplyDelete