“Untuk tiap-tiap umat Kami berikan aturan (syari’at) dan jalan yang terang (minhaj). sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu.” (QS Al-Maidah: 48)
Forum Lingkar Pena merupakan sebuah organisasi kepenulisan yang berlandaskan Islam. Bukan bermaksud mengkotak-kotakkan sebuah karya dari para penulis di FLP. Forum ini terbentuk karena kegelisahan para pakar sastra untuk menyediakan suatu bacaan yang segar serta mencerahkan. Tujuannya tidak lain untuk membentuk peradaban yang senantiasa menjalankan aktivitas dalam konteks ibadah. Bukankah manusia memang diciptakan untuk beribadah semata?
Di sini tidak akan dikupas mengenai sekuralisme yang menjadi salah satu penyakit umat. Alangkah lebih baik ketika persepsi dibangun dari dalam. Penguatan yang dibentuk dengan mengenal Islam lebih dalam, agar tidak ada umat Islam yang menjadi duri di dalam daging nantinya.
Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap dan universal yang terangkum dalam 3 hal pokok; Akidah, Syari’at dan Akhlak. Artinya seluruh ajaran Islam bermuara pada tiga hal ini.
Akidah adalah hal-hal asasi dan mendasar dalam Islam yang berkenaan dengan keyakinan yang terletak di hati, namun ia tidak seperti yan dipahami oleh non muslim di Barat. Di Barat, akidah atau keimanan hanyalah hal-hal yan berhubungan dengan pembenaran (tashdiq) dan yang dirasakan (syu’ur), artinya hati memainkan peran besar di sana. Berbeda dengan akidah yang dipahami di dalam Islam, karena akidah dalam Islam, di samping berkaitan dengan pembenaran hati, ia juga harus di iringi dengan dalil atau sesuatu yang dapat membuktikan apa yang dibenarkan oleh hati itu dan di saat yang sama ia juga harus sesuai dengan realita. Berarti disini bukan peran hati saja yang bermain, tapi juga ada peran otak. Dengan adanya peran dua hal ini (hati dan otak) akan terciptalah keseimbangan, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:
Dan demikianlah Kami jadikan kalian (umat Islam) sebagai umat pertengahan (adil/seimbang)…”(Al-Baqarah:143)
Syari’at merupakan ajaran Islam yang berhubungan dengan perbuatan dan tindak-tanduk manusia. Secara garis besar syari’at menghimpun urusan-urusan ritual ibadah dan semua pola hubungan manusia baik itu dengan dirinya sendiri, sesama maupun lingkungannya.
Sedang Akhlak adalah sifat manusia (baik ataupun buruk) yang akan muncul pengaruhnya dalam kehidupannya. Dalam prakteknya akhlak bisa dikatakan buah atau hasil dari akidah yang kuat dan syari’at yang benar, dan itulah tujuan akhir dari ajaran Islam ini, sebagaimana sabda Rasul SAW: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia”.
Karena sumber agama adalah Allah SWT, maka untuk menjelaskan itu semua diutuslah para nabi dan rasul. Semua rasul tersebut diajarkan melalui wahyu-Nya tentang aqidah yang bernar, yang tidak pernah berubah sepanjang sejarah meskipun berganti rasul dan nabi yang diutus-Nya. Hal inilah yang dimaksudkan Allah SWT dalam firmannya QS: Asy-Syura ayat 13,
“Dia Telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…”
Artinya, secara akidah risalah para rasul dan nabi tidak ada perbedaan, apa yang diturunkan kepada Nabi Nuh a.s, Ibrahim a.s, Musa a.s, Isa a.s dan nabi-nabi lainnya tidak berbeda dengan apa yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW dari sisi akidah, yaitu keyakinan dan iman kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan Pencipta dan Pengatur segala. Inilah dia dasar agama samawi yang sesungguhnya dan dengan inilah umat manusia sejak zaman Nabi Adam a.s sampai akhir zaman mesti bersatu…
“Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya..!”
Sedangkan yang berhubungan dengan syari’at, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan amal, perbuatan dan perilaku manusia, disinilah letak sebagian besar perbedaan antara agama-agama samawi, karena setiap umat dan rasul memiliki syari’at dan kondisi yang berbeda-beda sebagaimana firman Allah:
“untuk tiap-tiap umat Kami berikan aturan (syari’at) dan jalan yang terang (minhaj). sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu.” (QS Al-Maidah: 48)
Demikianlah Allah menjadikan syari’at tiap umat berbeda, sesuai dengan kondisi dan tabiat masing-masing. Ssyari’at yang berbeda-beda itu terus berkembang dan berubah sampai menemui titik puncak kesempurnaannya pada syari’at Islam, yang selamanya bisa berlaku dan sesuai dengan perkembangan dan perbedaan tabiat manusia sampai akhir zaman, karena syari’at Islam adalah syari’at yang mudah dipelajari dan menjadikan kemaslahatan umat manusia sebagai salah satu asasnya.
Dengan demikian syari’at dapat menerima pergantian, perubahan dan penghapusan, seperti syari’at Nabi Musa a.s yang dihapus dan diganti dengan datangnya syari’at Nabi Isa a.s, namun lain halnya dengan akidah, ia sebaliknya tidak bisa berganti danberubah karena ia adalah sesuatu yang asasi dan titik temu antar generasi umat manusia.
Sedang masalah moralitas dan akhlak (etika) juga sebagai sisi penting yang memberikan keseimbangan bagi seorang muslim sejati.
Sebagai buah dari syari’at dan akidah yang baik, menjadikan akhlak dalam Islam menyentuh semua lini, mulai dari lini hubungan manusia dengan dirinya, dengan sesama manusia, dengan lingkungan bahkan hubungan manusia dengan Tuhannya. Semuanya mestilah mendapatkan percikan nilai-nilai akhlak dan moralitas.
Dan bisa dikatakan juga akidah seseorang tidak sempurna jika tidak dibarengi dengan akhlak, seperti akhlak kepada Allah, Rasul-Nya dan sebagainya dalam hal akidah, bagaimana mungkin seseorang bisa dikatakan berislam dengan baik jika ia menghina Tuhannya sendiri, mengejek dan menyematkan icon-icon yang menjatuhkan kemuliaan Rasulnya?.
Demikian juga syari’at, mesti juga diiringi dengan akhlak dan moral, tidak perlu mengambil contoh jauh, shalat saja terang-terangan salah satu tujuannya adalah untuk menghindarkan manusia dari sifat keji dan mungkar yang sekaligus menjelaskan sisi moralitas dari ibadah dalam Islam,
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar”. (QS. Al-Ankabut: 45).
Dalam Islam juga diajarkan agar untuk mencapai sebuah kebaikan itu juga harus melalui jalan yang baik, artinya ada larangan menempuh jalan-jalan bathil untuk sebuah kebaikan, inilah dia konsep etika dan moralitas Islam. Contoh kongkrit lainnya, coba kita perhatikan banyak kita yang selama ini menyerukan anti KKN namun dalam kenyataan ikut menyuburkan praktek KKN itu sendiri, perhatikanlah di kepanitian-kepanitian yang kita bentuk di kalangan mahasiswa? Berapa banyak yang bertindak sebagai aktor-aktor korupsi junior? Betapa sebagian kepanitian itu selalu berfikir untuk menghabiskan dana yang didapat pada akhir kepanitiaan dengan mengadakan rihlah/jalan-jalan dan tasyakuran yang semuanya terselubung dalam istilsah LPJ? Atau juga dari masa mahasiswa kita sudah diajarkan saling sikut untuk memperebutkan kursi? Dimana letak nilai-nilai etika dan moral agen reformasi? Maka tidak heran jika reformasi tersendat-sendat.
Jadi demikianlah universalitas dan jalan kesempurnaan yang diajarkan Islam, yaitu jalan yang menyeimbangkan antara Akidah, Syari’at dan Akhlak. Dalam dunia menulis, akidah dapat diumpamakan sebagai tema karya, syariat merupakan aturan penulisan/kerangka cerita, sementara akhlak sebagai cerita itu sendiri.
Seorang penulis boleh berharap tulisannya dapat member pencerahan ketika dia telah menuliskan hal-hal sesuai dengan hatinya. Selain itu, tulisan yang sesuai dengan kenyataan lebih member penguatan pada tulisan itu sendiri. Banyak kisah-kisah inspirasi yang selalu diburu karena amalan nyatalah yang bisa membuka mata hati pembaca.
“Jadilah Penulis yang Berakhlaqul Karimah untuk Menginspirasi Pembaca”
Sumber:
AD/ART Forum Lingkar Pena
http://ragab304.wordpress.com/2007/05/10/islam-akidah-syariah-dan-akhlak/
0 Komentar:
Post a Comment