Oleh: Lihazna
Tulisan, penulisan dan menulis
selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari bloging.
Tidak mungkin kan, bloging tanpa
adanya tulisan untuk diposting? Dan
untuk membuat sebuah tulisan penulis harus melakukan aktivitas menulis. Eits,
kecuali buat para pecinta copas yang
kadang yaaah bikin gondok penulis orisinil atau blog khusus gambar! Tapi
sekalipun itu gambar tetap ada aktivitas menulis di sana, walau hanya 2 huruf,
3 kata atau sebatas judul. Tapi secara garis besar haluan bloging, jika anda ingin membuat entri maka anda harus menulis.
Ngobrol – ngobrol
mengenai aktivitas menulis dan sekelumit tentang menulis, maka akan muncul
berbagai pertanyaan mengenai bagaimana agar tulisan kita enak dibaca, disukai
oleh pembaca. Namun sesungguhnya ada pertanyaan yang lebih esensial yang layak
untuk ditanyakan.
Dalam sebuah acara yang di
adakan oleh Forum Lingkar Pena (FLP) Cabang Semarang dengan tajuk Gempa
Literasi, Agus M. Irkham menyebutkan ada 3 buah pertanyaan pokok yaitu:
1. Kenapa kita menulis?
2. Kenapa sesuatu itu harus ditulis?
3. Kenapa harus saya yang menulis?
Dalam kesempatan ini hanya
pertanyaan pertama yang sempat beliau jawab dengan tuntas sisanya Li coba
jelaskan untuk kanca muda sesuai kapasitas Li.
Penulis yang baru saja melahirkan karya bersama Gol A Gong dengan judul Gempa Literasi ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya ada 3 alasan dasar mengapa seseorang itu menulis, berikut ini Li tampilkan untuk kanca muda :
Penulis yang baru saja melahirkan karya bersama Gol A Gong dengan judul Gempa Literasi ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya ada 3 alasan dasar mengapa seseorang itu menulis, berikut ini Li tampilkan untuk kanca muda :
1. Alasan Ekonomi
Anda menulis karena anda ingin
kaya. Itu lumrah. Royalti dan honor anda menulis saat ini mampu menjadi tumpuan
hidup yang menjanjikan mengingat perkembangan dunia baca-tulis dan penerbitan.
Namun jika hanya sebatas menjadi kaya untuk diri sendiri itu menjadi sebingkai
asa yang kosong. Kosong karena melacurkan karya diri dan membiarkannya menguap
sebatas untuk ego pribadi, tanpa ada kemanfaatan bagi sesamamu.
2. Alasan Sosiologi
Jika alasan anda menulis untuk
kepuasan sesaat seperti keterkenalan, ketenaran, maka itu akan menjadikan
alasan anda pada poin sosiologi. Namun jika ini alasan utama anda maka anda
harus bersiap diri untuk mental anda jika suatu saat banyak karya yang anda
lahirkan namun keterkenalan tak kunjung singgah pada diri anda. Waspada!
Anda bisa menjadi gila karena
tak ada yang mengenali anda sekalipun banyak karya anda yang melegenda. Well, semua ada dalam kontrol jika
alasan sosiologis anda adalah menyalurkan ide, membiarkan gagasan anda
menggelinding bak roda tanpa rem yang mengalir seiring karya dan tulisan yang
anda buat. It’s more than extraordinary!
3. Alasan Ideologi
Alasan ketiga akan menjadi
koridor dari setiap tulisan anda. Jika ideologi yang menjadi alasan anda
sekedar tulis ikut pasar, maka tulisan yang anda lahirkan tidak akan memiliki
koridor yang jelas. Identitas akan dibawa ke mana ide dan gagasan anda semakin
rancu. Karena pola – pola yang anda tampilkan sekadar mengikut dan mengekor
model pasar.
Alasan ini akan saling
berkaitan dengan pertanyaan kedua. Mengapa sesuatu itu harus ditulis? Jika
alasannya mengikuti arus pasar yang tren, maka sesuatu itu harus ditulis karena
dinanti oleh pasaran. Jika alasan mengikuti itu adalah karena ingin berbagi,
maka sesuatu itu anda tuliskan karena anda ingin membaginya. Namun kembali pada
konteks ideologi maka apakah hikmah yang ingin anda sampaikan dari tulisan Anda
menjadi sesuatu yang penting. Karena tulisan ada, film dibuat dan sejarah itu
dibukukan adalah karena untuk diambil hikmahnya.
Bila pembicaraan dialihkan
pada terlalu idealis hingga terlalu kaku dalam tulisan maka saran saya, anda
perlu sesekali melongok tren pasar, hal apa yang sedang booming. Bukan untuk ikut dan mengekor tetapi untuk
membuat tulisan dengan tema yang hits di
pasar sesuai kacamata ideologi anda tentunya yang memberikan kemanfaatan.
Lalu Kenapa Harus Saya yang Menulisnya?
Jika sudah mencapai pertanyaan
ini maka semua jawaban yang akan Anda jawab akan sangat berkaitan dengan
jawaban pertanyaan – pertanyaan sebelumnya. Tentunya antara satu dengan yang
lainnya memiliki jawaban yang berbeda, sehingga izinkan saya mengemukakan
jawaban pribadi saya atas pertanyaan ini kanca muda.
Mengapa harus saya yang menulisnya?
Karena saya mau menjadi bagian
dari peradaban. Karena peradaban terukur salah satunya dari tulisan. Bukankah
hingga saat ini pemisah masa prasejarah dengan masa bersejarah adalah dengan adanya tulisan?
Mengapa harus saya?
Mengutip dari kata yang
diucapkan oleh Umar Bin Khatab ra sebagai berikut:
“Jika
ada 1000 orang yang membela kebenaran (Islam), aku salah seorang diantaranya.
Jika ada 100 orang yang membela kebenaran, aku tetap berada diantaranya. Jika
ada 10 orang pembela kebenaran, aku tetap ada dalam barisan itu. Dan jika ada 1
orang yang tetap membela kebenaran, akulah orangnya.”
Karena jika apa yang kita
sampaikan adalah kebenaran maka kebenaran itu layak dan wajib untuk disampaikan.
Jika apa yang kita tulis membawa kemanfaatan maka akan berlimpah pula manfaat
yang kita peroleh karenanya. Karena kita menginspirasi, karena kita ingin
berbagi.
Dan karena ini saya menulis di
sini.
Mengapa harus saya?
Karena saya ingin melaksanakan
kewajiban saya untuk menyampaikan pesannya. Menyampaikannya walau hanya satu
ayat.
Dalam QS Ali Imran : 104,
Alloh berfirman, “Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang – orang yang beruntung.”
Mengapa? Mengapa harus saya?
Saya tidak mau rugi, sia–sia
atau kehilangan kesempatan emas. Mengapa? Karena tulisan yang bermanfaat akan
membawa manfaat pula bagi penulisnya. Jika tulisan saya menginspirasi seseorang
berbuat baik dan orang yang berbuat itu menularkannya pada yang lain lalu
betapa tidak membahagiakan melihat rantai kemanfaatan mengalir dengan mudahnya.
Ini masihlah sekelumit kecil
alasan mengapa menulis. Masih ada banyak hal yang belum terkupas. Kebaikan dan
keburukan, namun jika optimisme dan positif merasuk dalam perspektif kita, maka
yang terlihat dominan adalah kebaikannya. Koridor menjadi batas, motivasi
menjadi mengokoh, dan dikukuhkan dengan niat awal yang baik maka keburukan akan
tertutup dengan kebaikan. So mengapa saya
masih enggan untuk menulis?
Writing, Writing, Writing!!
Keep fighting!!!
Disunting oleh Admin FLP Semarang
Sumber Asli: Dandelion
Hurricane
0 Komentar:
Post a Comment