Monday, November 7, 2011

Cerita Idul Adha: "Kebersaman yang Hilang, Kebersamaan yang Datang"


Oleh: Arif Mahrus Shoffa
(Penggiat Sastra FLP Semarang)

Gema takbir telah berkumandang membahana di setiap penjuru angin yang kudengar di sekitar desaku, semalam setelah ikut Takbiran di musholla sampai jam 22:30 WIB, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku ingin menghemat tenaga, soalnya besok pagi mau ada kegiatan bareng teman-teman ORSPEK (Organisasi Pemuda Kampek). Sudah setahun ORSPEK berdiri, sejak didirikan bulan Juni setahun yang lalu, kini ORSPEK sudah mulai menggeliat untuk bangkit dan mengadakan kegiatan lagi.
Setiap Hari Raya Idul Adha tiba, momen untuk menyaksikan kegiatan penyembelihan kurban sangat berarti bagiku dan teman-temanku. Sejak kecil kami selalu menikmati saat-saat untuk memotong daging kurban, membagikannya, sisanya kami buat sate bersama-sama.
Namun, kebahagiaan itu sirna sudah setelah pengurus BAZIS di Masjid desa kami membuat peraturan agar semua Hewan Kurban di bawa ke Masjid untuk disembelih di Masjid, baru setelah itu dibagikan secara merata ke warga di desaku. Memang baik juga keputusan ini, mengingat pembagian daging kurban dimungkinkan dapat merata. Tapi, bagi kami ini memberikan rasa hampa dan kesedihan tersendiri jika Idul Adha tiba.
Kami kehilangan saat-saat memotong daging kurban untuk dibagikan ke warga, kami kehilangan saat-saat membantu Pak Kiai untuk menyembelih hewan kurban, kami kehilangan saat-saat menegangkan ketika hewan kurban akan disembelih, kami kehilangan saat-saat menikmati sate bersama, kami kehilangan detik-detik yang ramai di mushola kami sewaktu Idul Adha tiba. Kini, ketika Idul Adha tiba, semua itu diserahkan pada tukang jagal hewan yang telah ditunjuk oleh pengurus masjid dan juga para orang tua yang sudah ditunjuk oleh masjid juga. Hanya ada sebuah rutinitas yang terjadi di mushola yakni malamnya Takbiran, paginya Shalat Idul Adha bersama. Setelah shalat Idul Adha kami pulang ke rumah masing-masing sambil menunggu dibagikannya hewan kurban. Paling-paling yang kami lakukan di rumah masing-masing juga menonton TV soalnya tidak ada hal menarik yang bisa dilakukan.
Akan tetapi tahun ini aku dan teman-temanku tidak ingin terjebak dalam rutinitas itu. dua hari yang lalu saat mengadakan rapat pramusaji yang akan dilakukan pada hari Sabtu (5 November 2011), kami memutuskan untuk mengadakan kegiatan jalan-jalan bersama. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mempererat ikatan kebersamaan di antara anggota ORSPEK dan juga melepas kejenuhan ketika hari raya Idul Adha tiba.
Pagi ini terlihat matahari masih terlalu malu untuk menampakkan sinarnya. Mungkin ia tidak mau membuat orang-orang merasa kepanasan pada hari Idul Adha di mana orang-orang akan sibuk untuk memotong daging kurban yang dilakukan di lapangan atau halaman masjid. Walau suhu terasa dingin, buatku ini merupakan saat yang menyegarkan, soalnya dinginnya udara pagi menunjukkan bahwa kandungan Oksigen cukup banyak dan ini baik sekali bagi kesehatan. Setelah aku selesai shalat subuh kemudian mandi, lalu berwudlu maka aku pun menuju ke mushola untuk mengikuti shalat Ied bersama. Setelah selesai shalat, aku dan temen-temenku makan bareng di nampan yang sudah dipersiapkan orang-orang sejak pagi. Tak lupa, sebelum makan kami berdoa bersama dahulu. Aku kebetulan makan bareng Budi dan Dedi. Kami bertiga mendapat satu nampan nasi kuning dengan lauk tahu dan tempe. Kami tidak kuat menghabiskan seluruh nasi dalam nampan itu. Mungkin karena tubuh kami yang kurus sehingga tidak bisa menghabiskan nasi dalam porsi banyak. Sejujurnya memang seharusnya satu nampan itu jatahnya dimakan oleh enam orang. Tapi berhubung banyak yang membawa nasi, sehingga tiap satu nampan hanya dimakan oleh tiga orang saja.
Selesai shalat Ied, aku menata bekal yang akan kubawa selama perjalanan nanti. Payung, jaket, plastik, air minum, dan roti aku masukkan ke dalam tasku. Aku masih tetap memakai baju muslim yang kugunakan untuk shalat Ied di musholla tadi. Aku hanya mengganti sarung yang kupakai dengan celana agar lebih mudah digunakan untuk berjalan dalam jarak yang jauh. Kalau menggunakan celana tidak memperlihatkan kondisi yang terlalu formal kayak mau jama’ah di masjid aja. Tepat pukul 07:30 Wib, aku menuju rumah kak Saikul. Kami memutuskan untuk kumpul di rumah kak Saikul di Gang 8, kemudian kami akan naik bis bersama-sama. Kukira sih semua yang ikut akan naik bis, tetapi rupanya kak Saikul takut naik bis bareng, soalnya dia mabuk kalau naik bis. Akhirnya dia memutuskan untuk membawa motor sendiri. Aku sudah mencoba membujuk dia untuk naik bis bareng teman-teman. Namun tidak mempan juga, yah mungkin aku kurang pandai merayu kali...
Setelah semua yang ikut naik bis, kami pun berangkat menuju kota Kudus. Tujuan pertama kami adalah pergi ke makam Sunan Kudus. Setelah selesai berziarah, tak lupa kami mengabadikan momen dengan berfoto ria di depan Menara Kudus. Setiap angel foto telah kami coba, unsur yang coba kami tonjolkan adalah ketika mengambil gambar diusahakan Menara ikut juga terfoto.
Setelah selesai ziarah ke makam Sunan Kudus, kami pun melajutkan perjalan menuju ke Muria. Tujuan berikutnya adalah ziarah ke makam Sunan Muria. Selama perjalanan kulihat langit masih juga terlihat mendung. Tak apalah, walaupun masih mendung namun semangat kami tak boleh luluh. Setelah satu jam perjalanan akhirnya kami pun sampai juga di pintu masuk ke makam Sunan Muria.
Kami melangkah dengan mantap menapaki tangga satu persatu yang akan membawa kami pada makam Sunan Muria. Setelah melalui kurang lebih sekitar dua puluh anak tangga, rupanya sebagian besar teman-temanku napasnya terengah-engah dan merasa capek. Di sepanjang perjalanan mereka selalu berhenti beberapa menit untuk mengumpulkan tenaga kembali. Karena kemampuan dan daya tahan fisik tiap orang memang berbeda. Rombongan kami pun terpencar menjadi ada rombongan. Pertama adalah rombongan yang ada di depan. Kedua, rombongan yang ada di belakang. Ketika sampai di masjid dekat makam Sunan Muria, kami beristirahat di teras masjid sembari menunggu datangnya kumandang adzan Zhuhur. Maklumlah, jam sudah menunjukkan pukul 11:05 Wib, jadi bentar lagi pasti akan adzan Zhuhur. Kami membagi roti pada setiap anggota yang ikut perjalanan, tak lupa kami juga membagi minuman pada tiap anggota.
Setelah selesai nyemil dan ngobrol, sebagian teman-temanku ada yang pada tiduran di teras masjid, namun sebagian lagi masih tetap asyik mengobrol sambil menunggu adzan. Aku pun ikut ngobrol, walaupun aku sudah agak mengantuk, namun aku lebih memutuskan untuk ikut duduk dan mendengarku teman-temanku ngobrol. Bagiku momen untuk bisa kumpul bersama, mengadakan kegiatan bersama seperti ini tidak bisa terjadi setiap hari ataupun sebulan sekali terjadi. Sebagian temanku sudah ada yang kerja, sebagian lagi masih ada yang sekolah di SMA dan SMP. Jadi, momen bisa kumpul dan jalan-jalan bersama begitu berharga dan harus dinikmati setiap momen yang terjadi.
Setelah shalat Zhuhur berjama’ah, kami pun pergi ziarah ke makam Sunan Muria. Setelah  selesai berziarah, sebagian ada yang membeli oleh-oleh dan cendera mata, sebagian ada yang makan, sebagian ada yang bersamaku langsung memutuskan untuk balik ke bis dan pulang. Yah, karena uang yang kumiliki sedikit dan tidak cukup untuk membeli oleh-oleh, aku lebih memilih untuk pulang saja. Ketika kami sedang menuruni anak tangga tiba-tiba terjadi hujan yang cukup deras. Rombongan kami pun akhirnya terbagi cukup banyak.
Kami pun sampai di bis dalam waktu yang agak bersamaan, karena menunggu rombongan yang masih berteduh dan menunggu hujan reda. Setelah semua komplit, kami pun pulang deh. Begitulah kegiatan Idul Adha yang kulakukan hari ini. Memang agak terlalu spesial sih. Namun, rasa kebersamaan dan mengadakan kegiatan bersama temanku selalu terasa begitu menyenangkan, membawa kembali semangat untuk menggapai hari esok yang lebih baik, menciptakan momen dan kenangan tersendiri dalam babak kehidupanku. Karena ada satu hal yang kusadari, setiap detik yang pernah kulalui hari ini belum tentu besok dapat kuulangi lagi, bersama orang yang sama, dan dalam rasa yang sama. Itulah kenapa, selama perjalanan kami senang sekali berfoto, karena lewat foto itulah segala kenangan dan babak kehidupan yang berlalu dapat diputar kembali dalam ingatan kita. (nangin)K

0 Komentar:

Post a Comment