Saturday, July 20, 2013

#10 Kisah Ramadhan Pejuang Pena Semarang

PUISI-PUISI KARYA KUN MARYONO


Bulan Pembakar.

Duhai siang yang di cintai
Menetaplah lebih lama
Biarkanlah dahaga menengak curahan terik
Mendekap lapar seperti ikatan satu
Terus seperti itu menuju malam

Malam malam berlomba  mempersembahkan gulita
Tidak peduli !, rindu itu tertatih menuju Masjid
Tertunduk takut, bersujud harap
Tumpah letih menghitam, waktu itu….
Menangis padanya adalah cinta
Tangis yang seakan tidak ingin berhenti
Malam itu di saksikan, di janjikan

Demi Yang Merajai Terang dan gelap
Pada waktu yang membakar
Inginkan kami di bumi yang tidak seperti bumi lagi

Wonogiri, 5 Ramadhan 1434 H.


JATUH

Maka jatuhlah dalam cinta
Atau cinta itu datang padamu dengan caranya jatuh
Jatuh yang mematungkan ramai hari manusia

     Wahai hati yang telah menjatuhkan
     Melitasmu sesaat itu lebih di cintai pada pagi dan sore hari
     Sesungguhnya doa pagi dahulu itu bercerita dirimu
     Barantai tanpa jeda, merentang selelah hati bicara
     Itulah doa, sepinya adalah harapan

Padamu, bukanlah jatuh yang semestinya
Karena ……
Aku telah mencintai jatuh itu melebihi kesediaan  purnama pada gulita malam

     Hai kunang kunangkah itu ?

Sampaikan pada gulita  ini adalah rindu kemarin
Saat ayat ayat itu menjadi rindu yang telah jatuh
Di sisiku dan ajari aku membaca
Aku memohon seperti akan kehilangan nyawa
Walaupun di eja satu satu

     Wahai jatuh yang menghujam pada Niqab tak berwarna
     Santunilah inginku padamu
     Tidaklah cinta ini buta
     Sumpah itu menangisi dirinya pada malam ketika di saksikan

Jatuhkanlah !
Setara langit mencurahkan yang di miliki

    Saat ini sepi adalah penjaga hati
    Padamu, mustajab doa pagi

Wonogiri, 6 Ramadhan 1434 H

2 Komentar:

  1. bagus-bagus... :) puisinya wiwi suka :)

    ReplyDelete
  2. so romance, hehe..
    ada yang bilang kalau istilah 'bangun cinta' lebih tepat jika dibandingkan dengan 'jatuh cinta' :D

    ReplyDelete