Ramadhan: Sekolahnya Kekasih Allah
oleh: Syah Azis Nangin
Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin. Hal ini karena terdapat banyak sekali fadhilah
yang dapat diperoleh di dalamnya. Di antaranya bahwa di bulan Ramadhan
amalan wajib dilipatgandakan pahalanya sebanyak tujuh puluh kali lipat
sedangkan amalan sunnah disamakan dengan pahala amalan wajib di
luar Ramadhan. Padahal di luar bulan Ramadhan, setiap kebajikan
pahalanya dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Rasulullah SAW
menyebutkan, “Dalam bulan biasa, pahala setiap kebajikan
dilipatgandakan 10 kali lipat, namun dalam bulan Ramadhan pahala amalan
wajib dilipatgandakan 70 kali lipat dan amalan yang sunah disamakan
dengan pahala amalan wajib di luar Ramadhan.” (HR. Muslim)
Oleh
karena itu pada umumnya umat Islam berlomba-lomba meningkatkan kualitas
dan kuantitas ibadahnya
di bulan Ramadhan. Ramadhan juga ibaratnya
adalah sebagai sekolah, sedangkan orang mukmin adalah muridnya, puasa
adalah pelajarannya kemudian derajat taqwa adalah nilai raportnya. Baik buruknya nilai tersebut tentu tergantung dari baik buruk ibadah yang dikerjakan selama bulan Ramadhan.
Di
bulan Ramadhan, puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh
seorang mu’min. Ia tidak bisa dikerjakan di bulan lain selain di bulan
Ramadhan. Kecuali kalau ada halangan syar’i yang membolehkannya berbuka. Karena itu, bulan Ramadhan juga disebut sebagai syahru shiyam (bulan puasa). Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah [2]: 183, “Hai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.
Rasulullah SAW juga telah bersabda, “barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan ridha Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu” (HR. Bukhari). Dalam hadits lain disebutkan, “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunahkan shalat pada malam harinya. (HR. Ahmad).
Dalam
surat al-Baqarah [2]: 183 disebutkan bahwa panggilan untuk menjalankan
ibadah puasa ditujukan bagi orang-orang yang beriman. Iman sebagaimana
dijelaskan Rasulullah SAW kepada para sahabat, ketika malaikat Jibril
a.s. datang menyerupai manusia mengajarkan agama Islam, menyebutkan, “Iman
adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta beriman kepada Qadar
baik dan buruknya. (HR. Muslim). Jadi barang siapa yang telah
meyakini hal-hal di atas dengan sepenuh hati dan diamalkan dalam
perbuatan maka ia bisa dikatakan sebagai orang yang beriman. Dalam surat
al-Hujurat [49]: 15 Allah SWT menyebutkan, “Sesungguhnya orang
mukmin sejati adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan
jiwanya dijalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
Sedangkan
di akhir bulan Ramadhan, seorang mukmin yang telah menjalankan ibadah
puasa dengan sebaik-baiknya akan mendapatkan nilai. Hasil dari ibadah
yang telah dilakukan selama sebulan penuh. Predikat tersebut adalah
derajat taqwa. sebagaimana disebutkan di akhir ayat dalam surat al-Baqarah [2]:183.
Secara
bahasa, taqwa berarti takut, takut bukan dalam rangka menghindar, tapi
mendekatkan diri kepada Allah. Ada juga yang menafsirkan taqwa dari huruf-huruf penyusunnya yaitu ‘ta’, tawadhu’ (rendah hati); ‘qaf’, qona’ah (rela dengan apapun yang diberikan Allah), wira’i (menahan diri dari segala sesuatu yang haram dan yang dapat menjauhkan diri dari Allah), dan ‘ya’, yaqin
(yakin bahwa kesusahan dan kepahitan hidup ini tidak akan berlangsung
selama-lamanya). Kajian mengenai taqwa sangatlah luas. Namun secara
sederhana, taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Dengan
mendapatkan predikat ini seorang mukmin akan menjadi pribadi yang mulia
di hadapan Allah SWT karena yang menjadikan seseorang mulia di sisi
Allah adalah ketakwaannya. Dalam surat al-Hujurat [49]: 13 yang artinya,
“sesungguhnya yang menjadikan kamu mulia di hadapan Allah adalah ketakwaanmu”.
Di
akhir Ramadhan nanti kita bisa mengevaluasi diri. Apakah kita sudah
mendapatkan predikat taqwa sebagaimana yang dijanjikan Allah. Predikat
tersebut tidaklah datang dengan sendirinya melainkan dengan usaha dan
kerja keras selama satu bulan berperang melawan hawa nafsu. Jika belum
tergapai, mungkin karena ketika Ramadhan kita belum mengisi hari-hari
kita dengan penuh rasa keimanan dan mengharap ridha Allah SWT.
Sedangkan
orang-orang yang dalam dirinya bersemayam ketaqwaan akan menjadi
kekasih Allah SWT. Begitu tegas Allah menyatakan dalam surat Ali Imran
[3]: 76, “maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa”. Innallaha yuhibbul muttaqin, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, petikan ini juga termaktub dalam surah at-Taubah [9] ayat 4 dan 7. Dari sini dapat dipahami bahwa bulan Ramadhan merupakan sekolahnya kekasih Allah. Wallahu a’lam bishshowab.
Source: http://inspirazis.blogspot.com/2013/07/ramadhan-sekolahnya-kekasih-allah.html
semoga kita semua bisa memanfaatkan bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya... menambah ketakwaan kita, berlomba-lomba dalam beramal.. bersekolah di di Sekolah Kekasih Allah. Aamiin...
ReplyDeleteaamiin
ReplyDelete