Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang Tersayang Dalam 12 Putaran.
oleh Kun Maryono
tanah dan bertalu talu menyebut
cinta yang meruah di angkasa kemudian memenuhi langit dengan doa, Ramadhan
adalah menyambut kasih sayang yang meluap seakan meledak bagai nuklir di mata
yang mencair menjadi ratap bahagia bersama rindu kemarin yang dengan rahmatnya
kita masih dapat menangisi dosa yang lalu, rindu kita sebagai manusia beriman
dan bukankah demikian Rabb mempersembahkan Ramadhan itu, hanya bagi orang orang
beriman.
Baiklah wahai secuil kekalahan, seperti
yang sudah sudah dan semakin bertambah akut bahwa makna Ramadhan itu luntur tak
terkendali bersama kebebasan, seakan Ramadhan benar benar penjara yang
terkumpul seluruh kesenangan itu dalam ruang sunyi yang ada pada siang hari, kemudian
di salah artikan bahwa adzan magrib adalah kunci kebebasan pada penjara sunyi
itu dan syawal adalah
sebenar benar kebebasan, alangkahnya malangnya hati ini,
ya Rabb ampunilah ketidak mampuan kami mencintai rindu kami sendiri, sungguhnya
kami adalah benar benar lemah.
Tapi rindu tetaplah rindu, walau di
bacakan dengan di eja dan di ucapkan dengan terbata sungguh ia tetaplah
terlihat sekalipun oleh buta selayaknya mata menatap purnama tanpa riasan awan,
demikianlah rindu itu menunjukkan sisi tempurnya yang mengelegar dahsyat hingga
mendobrak tuli dan inilah rindu yang terlahir dari rahim cinta tetaplah dapat di
mengerti sebagai sebuah perasaan suci dan berhak untuk di curahkan pada siangnya
dengan lapar dahaga, menghindar dari caci
maki, ghibah, mencela atau selilit birahi dan pada malamnya dengan ayat ayat
cinta, ruku’ dan sujudnya pun di penuhi cinta, itu juga tidur dan sahurnya,
semua adalah presentasi dari sebuah cinta, aktifitasnya adalah penjabaran cinta
itu sendiri.
Maka sekalipun dengan tertatih marilah
kembali kepada rindu dahulu dan Insyallah yang akan datang, biarlah terurai pada
sunyi yang di tempati dan melebar semau yang di inginkan cinta itu sendiri dan mengalirlah
searah yang di tentukan oleh Ramadhan, sebagaimana hadist shahih itu
mengajarkan dan menyukuri perjalanan itu sebagai rezeki yak terkira dari Yang
Maha Kaya. Cinta inilah yang akan membawa kita kembali menjadi fitrah, laiknya
embun pagi yang di lahirkan shaf shaf subuh para Mujahidin. Maka yang yang
terdengar pada malam ketika di saksikan hanyalah raungan penyesalan, tangis
tangis yang di inginkan hati dalam takut dan harap.
Wahai Yang Maha Menentukan Waktu, pada
sunyi jalan kami kukuhkanlah langkah kaki kaki kami dengan seluruh keutamaan Ramadhan,
sekalipun ini syawal, sekalipun ini adalah Muharam, atau bulan lainnya dan
biarkanlah menyemut sepanjang tahun, jangan Engkau jadikan kami pecundang yang
tergeletak hati kami di tikam oleh fatamorgana dunia, Wahai Yang Telah
Memuliakan Ramadhan, kokohlah hati hati kami, di bulan tersayang agar tidak
terbalik balik dan tersesat dari jalan MU.
Dan engkau yang tersayang, berilah ijin
dosa dosa kami bertamu, bersimpuh memohon keutamaan yang di tentukan padamu,
yang panasnya adalah dahaga yang di inginkan dan laparnya adalah lemah yang
menguatkan, kami merindukan seluruh yang ada padamu untuk merambati 11 putaran
tersisa dengan 4 kemuliaan lainnya, demikian yang di tinggalkan agar hati kami kembali
pada waktumu wahai yang tersayang.
Wonogiri, 5 Ramadhan 1434 H.
koreksi sedikit buat paragraf ketiga: satu kalimat isinya panjang sekaliii... trus, ada penggunaan partikel di- yang kurang tepat; "di bacakan dengan di eja dan di ucapkan"
ReplyDeletesebaiknya disambung, yaa?
bagus pak, semangat :)
ReplyDelete^_^
ReplyDelete