Thursday, July 18, 2013

#8 Kisah Ramadhan Pejuang Pena Semarang


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yang Tersayang Dalam 12 Putaran.
 oleh Kun Maryono

     Pada hati yang padanya terdapat iman yang pertama menyambut datangnya Ramadhan adalah panggilan
kebahagiaan layaknya sunyi menyambut rindu, yang membiru pada
tanah dan bertalu talu menyebut cinta yang meruah di angkasa kemudian memenuhi langit dengan doa, Ramadhan adalah menyambut kasih sayang yang meluap seakan meledak bagai nuklir di mata yang mencair menjadi ratap bahagia bersama rindu kemarin yang dengan rahmatnya kita masih dapat menangisi dosa yang lalu, rindu kita sebagai manusia beriman dan bukankah demikian Rabb mempersembahkan Ramadhan itu, hanya bagi orang orang beriman.

     Baiklah wahai secuil kekalahan, seperti yang sudah sudah dan semakin bertambah akut bahwa makna Ramadhan itu luntur tak terkendali bersama kebebasan, seakan Ramadhan benar benar penjara yang terkumpul seluruh kesenangan itu dalam ruang sunyi yang ada pada siang hari, kemudian di salah artikan bahwa adzan magrib adalah kunci kebebasan pada penjara sunyi itu dan syawal adalah
sebenar benar kebebasan, alangkahnya malangnya hati ini, ya Rabb ampunilah ketidak mampuan kami mencintai rindu kami sendiri, sungguhnya kami adalah benar benar lemah.

     Tapi rindu tetaplah rindu, walau di bacakan dengan di eja dan di ucapkan dengan terbata sungguh ia tetaplah terlihat sekalipun oleh buta selayaknya mata menatap purnama tanpa riasan awan, demikianlah rindu itu menunjukkan sisi tempurnya yang mengelegar dahsyat hingga mendobrak tuli dan inilah rindu yang terlahir dari rahim cinta tetaplah dapat di mengerti sebagai sebuah perasaan suci dan berhak untuk di curahkan pada siangnya  dengan lapar dahaga, menghindar dari caci maki, ghibah, mencela atau selilit birahi dan pada malamnya dengan ayat ayat cinta, ruku’ dan sujudnya pun di penuhi cinta, itu juga tidur dan sahurnya, semua adalah presentasi dari sebuah cinta, aktifitasnya adalah penjabaran cinta itu sendiri.

     Maka sekalipun dengan tertatih marilah kembali kepada rindu dahulu dan Insyallah yang akan datang, biarlah terurai pada sunyi yang di tempati dan melebar semau yang di inginkan cinta itu sendiri dan mengalirlah searah yang di tentukan oleh Ramadhan, sebagaimana hadist shahih itu mengajarkan dan menyukuri perjalanan itu sebagai rezeki yak terkira dari Yang Maha Kaya. Cinta inilah yang akan membawa kita kembali menjadi fitrah, laiknya embun pagi yang di lahirkan shaf shaf subuh para Mujahidin. Maka yang yang terdengar pada malam ketika di saksikan hanyalah raungan penyesalan, tangis tangis yang di inginkan hati dalam takut dan harap.

     Wahai Yang Maha Menentukan Waktu, pada sunyi jalan kami kukuhkanlah langkah  kaki kaki kami dengan seluruh keutamaan Ramadhan, sekalipun ini syawal, sekalipun ini adalah Muharam, atau bulan lainnya dan biarkanlah menyemut sepanjang tahun, jangan Engkau jadikan kami pecundang yang tergeletak hati kami di tikam oleh fatamorgana dunia, Wahai Yang Telah Memuliakan Ramadhan, kokohlah hati hati kami, di bulan tersayang agar tidak terbalik balik dan tersesat dari jalan MU.

     Dan engkau yang tersayang, berilah ijin dosa dosa kami bertamu, bersimpuh memohon keutamaan yang di tentukan padamu, yang panasnya adalah dahaga yang di inginkan dan laparnya adalah lemah yang menguatkan, kami merindukan seluruh yang ada padamu untuk merambati 11 putaran tersisa dengan 4 kemuliaan lainnya, demikian yang di tinggalkan agar hati kami kembali pada waktumu  wahai yang tersayang.

Wonogiri, 5 Ramadhan 1434 H.

3 Komentar:

  1. koreksi sedikit buat paragraf ketiga: satu kalimat isinya panjang sekaliii... trus, ada penggunaan partikel di- yang kurang tepat; "di bacakan dengan di eja dan di ucapkan"
    sebaiknya disambung, yaa?

    ReplyDelete