by Arif Mahrus
Gema
takbir telah berkumandang membahana di setiap penjuru angin yang kudengar di
sekitar desaku, semalam setelah ikut Takbiran di musholla sampai jam 22:30 WIB,
aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku ingin menghemat tenaga soalnya besok
pagi mau ada kegiatan bareng temen-temen ORSPEK (Organisasi Pemuda Kampek).
Sudah setahun ORSPEK berdiri, sejak didirikan bulan Juni setahun yang lalu,
kini ORSPEK sudah mulai menggeliat untuk bangkit dan mengadakan kegiatan lagi.
Setiap
hati raya Idul Adha tiba, momen untuk menyaksikan kegiatan penyembelihan kurban
sangat berarti bagiku dan temen-temenku. Sejak kecil kami selalu menikmati
saat-saat untuk memotong daging kurban, membagikannya, sisanya kami buat sate
bersama-sama
Namun,
kebahagiaan itu sirna sudah setelah pengurus BAZIS di Masjid desa kami membuat
peraturan agar semua Hewan Kurban di bawa ke Masjid untuk disembelih di Masjid,
baru setelah itu dibagikan secara merata ke warga di desaku. Memang baik juga
keputusan ini, mengingat pembagian daging kurban dimungkinkan dapat merata.
Tapi, bagi kami ini memberikan rasa hampa dan kesedihan tersendiri jika Idul
Adha tiba.
Kami
kehilangan saat-saat memotong daging kurban untuk dibagikan ke warga, kami
kehilangan saat-saat membantu Pak Kiai untuk menyembelih hewan kurban, kami
kehilangan saat-saat menegangkan ketika hewan kurban akan disembelih, kami
kehilangan saat-saat menikmati sate bersama, kami kehilangan detik-detik yang
ramai di mushola kami sewaktu Idul Adha tiba. Kini, ketika Idul Adha tiba,
semua itu diserahkan pada tukang jagal hewan yang telah ditunjuk oleh pengurus
masjid dan juga para orang tua yang sudah ditunjuk oleh masjid juga. Hanya ada
sebuah rutinitas yang terjadi di mushola yakni malamnya Takbiran, paginya
shalat Idul Adha bersama, setelah shalat Idul Adha kami pulang ke rumah
masing-masing sambil menunggu dibagikannya hewan kurban. Paling-paling yang
kami lakukan di rumah masing-masing juga menonton TV soalnya tidak ada hal
menarik yang bisa dilakukan.
Akan
tetapi tahun ini aku dan teman-temanku tidak ingin terjebak dalam rutinitas
itu. dua hari yang lalu saat mengadakan rapat pramusaji yang akan dilakukan
pada hari sabtu (5 November 2011), kami memutuskan untuk mengadakan kegiatan
jalan-jalan bersama. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mempererat ikatan
kebersamaan di antara anggota ORSPEK dan juga melepas kejenuhan ketika hari
raya Idul Adha tiba.
Pagi
ini terlihat matahari masih terlalu malu untuk menampakkan sinarnya. Mungkin ia
tidak mau membuat orang-orang merasa kepanasan pada hari Idul Adha dimana
orang-orang akan sibuk untuk memotong daging kurban yang dilakukan di lapangan
atau halaman masjid. Walau suhu terasa dingin, buatku ini merupakan saat yang
menyegarkan, soalnya dinginnya udara pagi menunjukkan bahwa kandungan Oksigen
cukup banyak dan ini baik sekali bagi kesehatan. Setelah aku selesai shalat
subuh kemudian mandi, lalu berwudlu maka aku pun menuju ke mushola untuk
mengikuti shalat Ied bersama. Setelah selesai shalat, aku dan temen-temenku
makan bareng di nampan yang sudah dipersiapkan orang-orang sejak pagi. Tak
lupa, sebelum makan kami berdoa bersama dahulu. Aku kebetulan makan bareng Budi
dan Dedi. Kami bertiga mendapat satu nampan nasi kuning dengan lauk tahu dan
tempe. Kami tidak kuat menghabiskan seluruh nasi dalam nampan itu. Mungkin
karena tubuh kami yang kurus sehingga tidak bisa menghabiskan nasi dalam porsi
banyak. Sejujurnya memang seharusnya satu nampan itu jatahnya dimakan oleh enam
orang. Tapi berhubung banyak yang membawa nasi, sehingga tiap satu nampan hanya
dimakan oleh tiga orang saja.
Selesai
shalat Ied, aku menata bekal yang akan kubawa selama perjalanan nanti. Payung,
jaket, plastik, air minum, dan roti aku masukkan ke dalam tasku. Aku masih
tetap memakai baju muslin yang kugunakan untuk shalat Ied di musholla tadi. Aku
hanya mengganti sarung yang kupakai dengan celana agar lebih mudah digunakan
untuk berjalan dalam jarak yang jauh. Kalau menggunakan celana tidak
memperlihatkan kondisi yang terlalu formal kayak mau jama’ah di masjid aja.
Tepat pukul 07:30 WIB, aku menuju rumah kak Saikul. Kami memutuskan untuk
kumpul di rumah kak Saikul di gang 8, kemudian kami akan naik bis bersama-sama.
Kukira sih semua yang ikut akan naik bis, tetapi rupanya kak Saikul takut naik
bis bareng, soalnya dia mabuk kalau naik bis. Akhirnya dia memutuskan untuk
membawa motor sendiri. Aku sudah mencoba membujuk dia untuk naik bis bareng
temen-temen. Namun tidak mempan juga, yah mungkin aku kurang pandai merayu
kali….
Setelah
semua yang ikut naik bis, kami pun berangkat menuju kota Kudus. Tujuan pertama
kami adalah pergi ke makam Sunan Kudus. Setelah selesai berziarah, tak lupa
kami mengabadikan momen dengan berfoto ria di depan Menara Kudus. Setiap angel
foto telah kami coba, unsur yang coba kami tonjolkan adalah ketika mengambil
gambar diusahakan Menara ikut juga terfoto.
Setelah
selesai ziarah ke makam Sunan Kudus, kami pun melajutkan perjalan menuju ke
Muria. Tujuan berikutnya adalah ziarah ke makam Sunan Muria. Selama perjalanan
kulihat langit masih juga terlihat mendung. Tak apalah, walaupun masih mendung
namun semangat kami tak boleh luluh. Setelah satu jam perjalanan akhirnya kami
pun sampai juga di pintu masuk ke makam Sunan Muria.
Kami
melangkah dengan mantap menapaki tangga satu persatu yang akan membawa kami pada
makam Sunan Muria. Setelah melalui kurang lebih sekitar dua puluh anak tangga,
rupanya sebagian besar temen-temenku napasnya terangah-engah dan merasa capek.
Di sepanjang perjalanan mereka selalu berhenti beberapa menit untuk
mengumpulkan tenaga kembali. Karena kemampuan dan daya tahan fisik tiap orang
memang berbeda. Rombongan kami pun terpencar menjadi ada rombongan. Pertama
adalah rombongan yang ada di depan. Kedua, rombongan yang ada di belakang.
Ketika sampai di masjid dekat makam Sunan Muria, kami beristirahat di teras
masjid sembari menunggu datangnya kumandang adzan dzuhur. Maklumlah, jam sudah
menunjukkan pukul 11:05 WIB, jadi bentar lagi pasti akan adzan dzuhur. Kami
membagi roti pada setiap anggota yang ikut perjalanan, tak lupa kami juga membagi
minuman pada tiap anggota.
Setelah
selesai nyemil dan ngobrol, sebagian temen-temenku ada yang pada tiduran di
teras masjid, namun sebagian lagi masih tetap asik mengobrol sambil menunggu
adzan. Aku pun ikut ngobrol, walaupun aku sudah agak mengantuk, namun aku lebih
memutuskan untuk ikut duduk dan mendengarku temen-temenku ngobrol. Bagiku momen
untuk bisa kumpul bersama, mengadakan kegiatan bersama seperti ini tidak bisa
terjadi setiap hari ataupun sebulan sekali terjadi. Sebagian temenku udah ada
yang kerja, sebagian lagi masih ada yang sekolah di SMA dan SMP. Jadi, momen
bisa kumpul dan jalan-jalan bersama begitu berharga dan harus dinikmati setiap
momen yang terjadi.
Setelah
shalat dzuhur berjama’ah, kami pun pergi ziarah ke makam Sunan Muria. Setelah selesai berziarah, sebagian ada yang membeli
oleh-oleh dan cendera mata, sebagian ada yang makan, sebagian ada yang
bersamaku langsung memutuskan untuk balik ke bis dan pulang. Yah, karena uang
yang kumiliki sedikit dan tidak cukup untuk membeli oleh-oleh, aku lebih
memilih untuk pulang saja. Ketika kami sedang menuruni anak tangga tiba-tiba
terjadi hujan yang cukup deras. Rombongan kami pun akhirnya terbagi cukup
banyak.
Kami
pun sampai di bis dalam waktu yang gak bersamaan, karena menunggu rombongan yang
masih berteduh dan menunggu hujan reda. Setelah semua komplit, kami pun pulang
deh. Begitulah kegiatan idul adha yang kulakukan hari ini. Memang gak terlalu
spesial sih. Namun, rasa kebersamaan dan mengadakan kegiatan bersama-temenku
selalu terasa begitu menyenangkan, membawa kembali semangat untuk menggapai
hari esok yang lebih baik, menciptakan momen dan kenangan tersendiri dalam
babak kehidupanku. Karena ada satu hal yang kusadari, setiap detik yang pernah
kulalui hari ini belum tentu besok dapat kuulangi lagi, bersama orang yang
sama, dan dalam rasa yang sama. Itulah kenapa, selama perjalanan kami senang
sekali berfoto, karena lewat foto itulah segala kenangan dan babak kehidupan
yang berlalu dapat diputar kembali dalam ingatan kita.
0 Komentar:
Post a Comment