Friday, November 2, 2012

"I'm sorry good bye..."


Bunda Nay
 
 “Punten teteh, ini teh sebentar lagi mau ada acara maulid nabi, biasanya kita bikin acara di kampus....nah kebetulan kita kekurangan panitia, gimana atuh misalnya teteh gabung bantuin kita-kita jadi panitia” Dwi merayu Mey yang lagi makan mie ayam di kantin Mang Udin.
“Sok atuh, boleh aja ... tapi jangan jadi sie acara ya... eh ya ketuanya siapa?”
“ketuanya Kang Aden, anak teknik . Emangnya kenapa nggak mau jadi sie acara?”
“Ya... aku kan kuliah sambil kerja, kalo jadi sie acara kan harus punya banyak waktu buat rapat-rapat. Sementara aku waktu di kampus cuma sampai jam dua. Jam 3 harus sudah kerja bantu jaga toko bibi...”
“O.. gitu, tapi yang penting bisa bantu kan teh...?” Dwi terus berharap
“Insya Alloh, mungkin di konsumsi aku bisa bantu....”
“Sip, nuhun atuh teh udah mau bantu”
“Sama-sama”
Begitulah awal mula persinggungan Mey dengan anak-anak remaja masjid kampus. Sejak itu Mey jadi sering terlibat acara-acara keislaman di kampus. Sesuatu yang selama ini tak didapatkannya. Apalagi saat bersama keluarganya dulu. Mey sering dimarahi ayahnya bila ketahuan sholat atau puasa.
Bukan perkara mudah bagi Mey berani menunjukkan jati dirinya yang muslim di tengah keluarga besar beretnik tionghoa dan beragama lain. Seperti Ibunya yang sering mendapat perlakuan diskriminatif oleh keluarganya.
Mey merasa dekat dengan teman-teman masjid kampus seperti saudara. Mereka banyak membantu saat Mey ingin belajar tentang Islam lebih banyak.
Sayangnya Mey tak punya waktu banyak untuk aktifitas di kampus selain kuliah, pulang dia harus bekerja di tempat Bibi Aminah yang selama ini sudah baik memberi tempat tinggal gratis. Sejak keputusan Mey memakai jilbab, ayahnya mengusir Mey dari rumah. Maka praktis sudah dua tahun Mey tidak lagi berhubungan dengan orang tuanya. Mey tak tahu apakah selama itu orang tuanya mencarinya atau tidak. Yang jelas setiap kali Mey mencoba menelpon ibunya karena rasa rindu yang amat dalam, ayahnya selalu tak pernah memberi ijin. Mey hanya sempat mendengar tangisan ibunya diujung telepon. Sebenarnya Mey ingin sekali pulang menemui orangtuanya, tapi Bibi Aminah melarangnya, karena waktu yang belum tepat katanya.
Demi melunasi rasa rindu yang menderu, Mey hanya bisa memandangi wajah orang tuanya yang ada dalam bingkai foto, itu pun yang kebetulan ada di rumah Bibi Aminah. Selebihnya Mey hanya bisa menangis di penghujung malamnya saat berdoa di akhir sholat. Bibirnya tak pernah berhenti bermunajat semoga Alloh membukakan hati ayah ibunya agar mau menerimanya kembali.
Mey amat beruntung memiliki satu bibi seperti Bibi Aminah yang selalu baik dan perhatian padanya, suami dan anak Bibi Aminah juga menerimanya dengan tangan terbuka.
###########
CINTA DI TOKO BANGUNAN
Mata Bibi Aminah berbinar-binar saat Mey memberitahu kalau Cik Renata akan membangun rumah dan bermaksud membeli semen dan perlengkapan bangunan lainnya dalam jumlah besar. Mey memang sudah dipercaya paman dan bibinya untuk mengurus Toko “SUKSES MAKMUR”, jadi untuk urusan uang dan pelayanan toko Mey lah yang bertanggung jawab. Dibantu oleh tiga orang kuli, Mey cukup sukses mengurus toko tersebut. Maklum Bibi Aminah sedang punya bayi kecil yang harus dirawat di rumah, sementara suami Bibi Aminah harus mengurus toko kelontong satunya. Jadilah kehadiran Mey disambut baik oleh bibinya karena bisa membantu, apalagi Mey memang terbiasa mengurus toko ayahnya sejak usia SMP.
“ Jadi total belanja semuanya berapa Mey?”
Cik Renata bertanya sambil mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya
“Semua jadi 15.545.000 Cik”
“ Katanya ada discount 10 % Mey... saya kan udah langganan, masak nggak ada discount...”
“ Oh... pasti Cik, tadi kan jumlah totalnya.... discountnya tidak sama Cik, untuk cat merk ini memang discount 10 % setiap pembelian diatas 250.000 dan berlaku kelipatannya selama masa promo, tapi kalau kalau yang lain discountnya 5 %”
“OK, eh Mey emang Bu Aminah kemana, kok nggak kelihatan? “
“ Itu Cik.....di rumah ngurus bayi....”
“ O.... tapi kok nggak pernah lihat hamil sebelumnya, tahu-tahu punya bayi?”
“ Alhamdulillah , itu dia yang namanya rejeki Cik....”
“Maksudnya?”
“Bibi Aminah kan lama nikah tapi cuma punya anak satu karena ada kelainan di rahimnya dan harus diangkat, lama pengen punya anak lagi, eh kemarin ada warga yang menemukan bayi di dekat pos satpam... terus rame bingung dibawa ke kantor polisi, karena nggak ada juga yang mengakui makanya bayi itu diminta Bibi buat diasuh...”
“Kalau gitu nanti malam saya mau mampir nengok bayi, kebetulan saya dan suami ada acara di daerah dekat rumah bu Aminah. Kalau gitu ini saya bayar dulu belanjaannya...”
“ Iya...” Mey menerima credit card yang diberikan Cik Renata
“ Makasih ya Cik....”
“Sama-sama...”
Seperginya Cik Renata, sebuah mobil xenia warna hitam berhenti tepat di depan Toko SUKSES MAKMUR. Seorang lelaki gagah berkacamata hitam turun dari mobil.
“Selamat sore...”
Laki-laki gagah itu menyapa kemudian membuka kaca matanya, senyumnya manis tampak barisan gigi putih di dalamnya.
“Selamat sore, ada yang bisa saya bantu...?” Mey menyapa ramah
“Maaf, apa benar ini Toko milik Pak Suseno?”
Mey mengamati wajah teduh itu, Mey sepertinya tidak pernah melihat wajah itu sebelumnya. Karena setahunya ia kenal semua kenalan, kolega dan pelanggan pamannya.
“Benar, tapi Paman tidak disini karena mengurus toko satunya yang ada di dekat Pasar Rebo..kalau boleh tahu ada perlu apa ya, mungkin nanti bisa saya sampaikan”
“Cuma main kok, saya anak teman baiknya Om Suseno, Pak Barata. Sebulan yang lalu papa meninggal dan saya tidak sempat mengabari Om Suseno karena papa meninggalnya di Bali dan minta dikebumikan sekalian di sana. Tapi sebelum meninggal dan dirawat di Rumah Sakit papa sering sekali cerita tentang kebaikan Om Suseno, mereka teman sejak SMU. Tapi sempat terputus hubungan sejak Papa pensiun dan lebih banyak menghabiskan waktu di kampung halamannya di Bali. Papa sempat bilang kalau dia ingin sekali ketemu sama Om Suseno, tapi belum sempat terwujud Alloh sudah memanggilnya....jadi saya pengin sekali menyambung tali silaturahmi yang sempat terputus antara Papa dan Om Suseno...”
“Innalillahi wainna ilaihi roji’un, saya ikut berbela sungkawa atas meninggalnya papanya maaf tadi belum kenalan namanya siapa...?”
“Oh iya sampai lupa, saya Bagus lahir dan besar di Bali...”
“Saya Mey... Meylani, keponakan Pak Suseno. Oh ya silahkan duduk ...”
“ Trimakasih...”
“Sebentar saya hubungi paman, maaf mau minum apa? Panas atau dingin?”
“ Em... dingin aja...”
Semenit kemudian, mereka langsung menjadi akrab dan larut dalam obrolan ringan. Ternyata mereka memiliki kesamaan, sama-sama kuliah di Disain Grafis. Bedanya Bagus sudah selesai dan menjadi asisten dosen, sementara Mey masih satu tahun lagi.
Mey tak dapat pungkiri penampilan dan pribadi Bagus amat sopan dan mempesona. Dengan potongan cepak ala Jet Lee dalam film “The Bodyguard from Beijing” dan ditunjang tubuh jangkung membuat Bagus semakin kelihatan gagah.
Hari-hari berlalu. Tanpa terasa pertemuan hari itu yang terbilang singkat cukup meninggalkan kesan bagi keduanya, khususnya bagus, yang tanpa dia sadari ternyata tumbuh benih-benih cinta kepada Mey. Beberapa kali bertemu saat mengunjungi Om Suseno membuat Bagus merasa Mey cocok untuknya. Bagus merasa yakin kalau Mey adalah gadis yang tepat untuk dinikahinya. Apalagi Bagus ingin mempererat hubunganya dengan Om Suseno sebagai amanah papanya sebelum meninggal, mungkin dengan menikahi Mey hal itu dapat terwujud. Tak tanggung-tanggung Bagus langsung mengajak mamanya dari Bali untuk melamarnya, padahal saat itu Bagus belum tahu apakah Mey juga punya perasaan yang sama sepertinya.
Tepat hari Minggu di satu siang yang bersahabat, Bagus berkunjung ke rumah Om Suseno. Kebetulan toko libur di hari minggu.Om suseno terlebih Mey kaget luar biasa saat tiba-tiba tanpa pemberitahuan ada tamu dari Bali.
Mata Om Suseno terbelalak ketika membuka pintu dan mendapati wajah Amelia ada di depan pintu, wajahnya memang masih cantik seperti saat mereka bertemu dulu.
“Assalaamu’alaikum....”
“Waalaikum salam....a... Amel... Amelia....kamu Amelia istri Barata....??”
Amelia tersenyum manis, ternyata 10 tahun tak bertemu Suseno masih ingat betul dengan wajahnya.
“Ini benar-benar surprise... ayo... silahkan masuk.....Ma.... ada tamu dari Bali nih....”
Tak lama istri Suseno muncul dengan menggendong bayinya yang baru 3 bulan.
“Siapa pa... ya Alloh... ini teh Mbak Amel... Amelia.... ? istri Mas Barata? Subhanalloh....menih geulies pisan... gimana kabarnya...?”
Aminah langsung memeluk Amelia dengan rasa kangen yang begitu dalam setelah lama tak bertemu.
“Alhamdulillah baik, ini anak kamu yang ke berapa?”
“ Dua... maklum... kami 9 tahun nikah tapi baru dikasih momongan, eh sekalinya ada ana, eh dua sekaligus...”
“Maksudnya?”
“Sebenarnya anak kami satu dan sekarang kuliah di Jakarta. Kalau yang bayi ini kami mengasuh anak orang yang ditinggal orang tuanya...”
“ O....”
Pertemuan siang itu benar-benar seperti reuni, mereka cerita mengingat masa lalu karena dulu mereka adalah teman SMU. Bahkan yang menarik dulu sebenarnya Suseno sempat naksir Amelia, tapi begitu tahu Barata sahabat baiknya yang berasal dari Bali itu juga diam-diam naksir Amelia, maka ia mengalah dan jadilah kemudian Barata menikah dengan Amel. Sementara Suseno menikah dengan gadis pilihan orang tuanya, Aminah.
Sebentar kemudian Mey keluar membawa 4 gelas minuman dingin. Entah mengapa tiba-tiba Mey merasa grogi, apalagi saat bersalaman dengan mamanya Bagus.
“Kenalkan ini Mey ponakan saya ...”
Mey tersenyum seraya mencium tangan wanita setengah baya itu. Ada perasaan dag dig dug di hati Mey.
“O... jadi ini yang namanya Mey..cantik sekali...”
Mey tersipu dipuji Mamanya Bagus, ia bermaksud kebelakang tapi Bu Amelia melarangnya.
“ Begini mas Suseno... kedatangan kami kesini pertama ingin melaksanakan amanah Papanya Bagus sebelum meninggal yaitu bertemu dengan Mas Suseno sekeluarga, saya senang akhirnya keinginan suami saya terpenuhi...yang kedua....Bagus sudah cerita banyak tentang Mey... dan kedatangan kami kesini bermaksud melamar Mey.....”mata Aminah dan Suseno membulat saling berpandangan.
Mey terdiam, dadanya langsung berdegub kencang, tak mengira sama sekali kedatangan Bagus kesini ingin melamarnya. Padahal sebelumnya Bagus tidak mengatakan apa-apa. Apalagi ingin melamarnya., bahkan Suseno yang sedang minumpun langsung tersedak mendengar ucapan Amelia.
“ Melamar ?... apa kami nggak salah dengar...bukannya Bagus dan Mey baru aja bertemu beberapa kali, itupun belum pernah ngobrol serius...?” Suseno benar-benar tidak percaya.
“Iya om... saya sama Mey memang belum lama kenal, kami juga baru aja ketemu 3 kali. Tapi entahlah, saya merasa cocok dan punya keyakinan kalau Mey jodoh saya... makanya saya nggak ingin berlama-lama, takut ada fitnah di hati... saya juga nggak ingin buang-buang waktu dengan pacaran. Jadi kedatangan saya hari ini ingin mengajak Mey serius....”
Bagus bicara dengan begitu meyakinkan, Mey semakin terdiam tak tahu harus berkata apa.
“Kalo Om sih nggak bisa menerima atau menolak, semua terserah Mey karena dia yang akan menjalani semuanya. Gimana Mey....?”
Mey jadi salah tingkah, semua orang di ruangan itu menatap penuh harap menunggu jawaban darinya. tapi Mey benar-benar belum siap denngan jawaban apapun.
“Maaf Mas Bagus, paman, bibi, dan Tante Amel... saya belum bisa menjawabnya sekarang, saya minta waktu satu minggu untuk memberi jawaban...”
Begitulah jawaban Mey akhirnya. Semua setuju dengan permintaan Mey yang butuh waktu satu minggu untuk memikirkan lamaran Bagus.
Hari-haripun berlalu, dengan penuh harap-harap cemas Bagus menunggu jawaban Mey atas lamarannya. Sehari rasanya jadi seminggu menunggu detik-detik jawaban Meylani.
Dan betapa girangnya bagus saat handphonenya berbunyi, sebuah pesan datang dari Mey. Bagus langsung loncat-loncat di kamar karena saking girangnya mendapat jawaban Mey. Ya... Mey menerima lamarannya untuk menjadi Nyonya Bagus.
Maka tanpa pikir panjang lagi Bagus langsung memberitahu mamanya atas berita bagus itu, seminggu kemudian mereka datang ke Bandung untuk membahas masalah tanggal pernikahan meraka. Saking bahagianya, Bagus sampai menangis di pusara papanya untuk meminta ijin menikah.
“Kalau jodoh nggak akan lari kemana...”begitu pepatah bilang. akhirnya di sebuah siang yang amat bersahabat Bagus resmi menjadi suami Meylani. Sebagai wali, Mey minta tolong kepada kakak kandungnya yang tinggal di Kediri karena Ayah Mey belum juga mau menerima Mey. Hanya Ibunya yang bersedia datang ke pernikahan yang amat sederhana itu, tidak ada kemewahan sama sekali. Mereka hanya akad nikah dan menggelar walimatul ‘ursy, Mey ingin ada keberkahan di pernikahannya. Sebuah adegan penuh haru terjadi saat Mey bertemu Ibunya dan memohon restu atas pernikahannya yang mungkiin masih amat muda di usianya yang baru 22 tahun. Ibunya memeluk Mey erat, tangisnya meledak. Seperti pelukan bayi yang lama ditinggal Ibunya.
Usai menikah, Bagus dan Mey tinggal di sebuah kontrakan sederhana masih satu kota dengan Pamannya. Mereka amat bahagia meskipun semua serba sederhana . Dengan pinjaman modal dari mamanya, Bagus membuka usaha jasa rental mobil untuk pernikahan dan cuci mobil dengan sistem siap panggil kapanpun. Bagus mengajak 2 temannya sewaktu kuliah untuk mengelola usahanya. Alhasil berkat keuletan dan kegigihan Bagus dan teman-temannya, hanya dalam waktu 18 bulan usaha mereka lumayan sukses.
Tak tanggung-tanggung, Bagus bisa membeli rumah lumayan mewah dari keuntungan usahanya, bahkan seorang pengusaha dari Malaysia yang ternyata kawan lama memberinya pinjaman modal untuk mendirikan showroom mobil. Mey merasa menjadi wanita paling sempurna dan bahagia karena memiliki suami sebaik Bagus yang amat sayang keluarga. Semua kemewahan diberikan oleh Bagus untuk Mey.
Tapi itu hanya bertahan 2 tahun pertama dalam pernikahan mereka. Setelah itu Bagus seperti orang lain untuk Mey. Kesibukannya yang luar biasa mengurus bisnis di berbagai kota membuat Bagus jadi hampir tak punya waktu utnuk Mey dan buah hatinya yang waktu itu baru berumur 9 bulan. Sempat Mey protes, tapi Bagus tak juga berubah.
Tadinya sering pulang malam, lalu 2 hari baru pulang, dan terakhir sejak Bagus juga melebarkan bisnisnya di Bali tempat kelahirannya, Bagus malah baru pulang seminnggu sekali.
Tak jarang mereka jadi sering bertengkar setiap kali mereka membahas jadwal keluar kota Bagus. Senin- Rabu di Bandung, Kamis – Jumat di Jakarta dan Sabtu di bali. Mey tahu apa yang dilakukan bagus semua untuk membahagiakannya, tapi bila akhirnya harus begini Mey merasa tak sanggup. Mey hanya punya waktu minggu untuk sekedar bisa melepas rasa rindu dan ngobrol seperti dulu. Mey merasa bagus menjadi orang lain. Mey gelisah, bosan, dan ingin teman untuk mencurahkan perasaanya, rindunya, impian-impiannya. Pernah Mey mengadu pada mertuanya, tapi Mama Bagus hanya menyuruhnya bersabar karena semua yang dilakukan Bagus adalah untuknya. Bagitu juga dengan bibi dan pamannya, mereka menyuruh Mey bersabar karena semuanya pada akhirnya untuk kebahagiaan Mey.
Hati Mey meledak, tak sanggup membiarkan semuanya begini. Semua kemewahan yang diberikan Bagus seakan tak ada lagi artinya di mata Mey. Hingga suatu malam saat ia begitu kesepian dan bagus masih ada acara di Singapura sampai 2 minggu Mey iseng membuka facebooknya. Mey lelah mencoba menghubungi suaminya, lebih dari 10 kali Mey menelpon tapi selalu reject, hanya sms berhuruf balok “JANGAN HUBUNGI DULU SAYANG, AKU LAGI KETEMU KLIEN PENTING, NANTI AKU CALL”.
Mey mencoba melupakan kesedihannya, setelah menidurkan bayinya yang montok, Mey membuka laptop. Sebelumnya Mey paling jarang membuka facebook. Tapi malam itu dia ingin menghubungi teman-temannya, menuangkan perasaannya. Iseng Mey meng-share “ Dia dekat tapi jauh... “
Mata mey terbelalak, semenit kemudian ada 10 comment yang masuk. Semua teman-teman SMP dan SMU nya. Bahkan yang paling membuat Mey tak percaya, ada 60 email masuk dan 5 diantaranya dari seseorang bernama Wisnu. Wisnu Pradana ya... Mey tak lupa nama itu. Sebuah nama yang dulu pernah menjadi bagian di hari-harinya bahkan pernah berikrar untuk setia selamanya.
Wisnu... ah... kenapa tiba-tiba ada rasa rindu di hati Meylani, kenangan masa lalu berkelibat di matanya. Sejenak Mey lupa akan masalahnya dan hanyut ke masa lalu.
Wisnu Pradana.... Anak seorang pejabat penting di Kediri dan sekarang masih menyelesaikan kuliah S2 nya di Malaysia. Datang dengan tiba-tiba, mengingatkan semuanya, bahkan yang lebih membuat mata Mey membulat saat melihat statusnya yang masih melajang hingga kini.
Di emailnya wisnu menulis, “ Selamat malam princess... aku menagih janji orang yang dulu pernah berjanji untuk selalu setia...”
“Kenapa kamu menghilang dari peredaran dan tak pernah bisa kutemui...”
“ Mencoba melupakanmu adalah seperti mecoba bunuh diri “
“Aku tahu kamu sudah menikah, tapi jangan pernah berharap aku akan melupakanmu... karena kamu adalah separuh dari jiwaku, denyut nadiku, dan bagian aliran darahku...jangan pernah menyuruhku untuk melupakanmu dan pindah kepada hati yang lain.. apapun kamu sekarang aku akan terus menunggumu... meski aku tahu kamu tak akan pernah kembali padaku tapi aku akan terus di sini... di tepian cinta yang aku tak tahu kapan akan berakhirnya...”
Aaaaaaaa................. Mey pusing, membaca email-email dari Wisnu. Ternyata dia belum bisa melupakannya, apakah Mey salah telah menikah dengan Bagus, atau jangan-jangan Bagus bukanlah cinta sejatinya dan Wisnu lah jodoh sebenarnya. Setan terus menghembuskan perasaan-perasaan bersalah ke hati Mey karena telah meninggalkan Wisnu dan menikah dengan Bagus.
Setan terus menghembuskan pembenaran-pembenaran ke hati Mey untuk berhubungan lagi dengan Wisnu lewat dunia maya itu. Dan hati Mey yang sedang kosong, kalut dan penuh kegundahan seakan mengiyakan saja semua bisikan setan. Jadilah malam itu Mey kembali hanyut dalam curhat-curhat yang tak seharusnya ia lakukan sebagai seorang wanita yang telah memiliki suami.
Keesokan harinya dan seterusnya Mey jadi rajin buka facebook, update status dan chatting ke teman-temannya termasuk Wisnu Pradana. Prahara rumah tangganya yang tak berujung bahkan semakin runcing dan tak ada jalan keluar membuat Mey semakin nyaman terus berhubungan dengan Wisnu walaupun hanya didunia maya dan tak pernah bertemu sekalipun. Tapi Mey merasa nyaman dan merasa enjoy dengan semuanya.
Terlebih saat Bagus menabuh genderang perang, alias tak pulang sama sekali selama satu bulan tanpa kabar. Pamitnya ke Bali menemui mamanya sekalian ngurus bisnis di sana tapi ternyata tidak pulang ke mamanya saat dicek oleh Mey. Sungguh Mey merasa Bagus telah mengkhianati kepercayaan dan cintanya.Terakhir Mey mendapat kabar kalau Bagus main bisnis saham, dan kabar buruk terjadi Bagus kalah tender 2 Milyar, saat itu Mey sedang seru-serunya hubungan dengan Wisnu di dunia maya. Mey hampir pingsan waktu datang 3 orang daari pihak bank menyita rumahnya. Kata orang itu rumah, kendaraan dan juga perusahaan dijadikan agunan oleh Bagus untuk mendapatkan uang banyak yang digunakan membeli saham. Bagus yang sebelumnya tak punya pengalaman saham tergiur keuntungan yang begitu banyak dengan membeli saham. Tapi ternyata bagus salah perhitungan. Tanpa pikir panjang Bagus membeli saham dalam jumlah yang tidak sedikit bahkan sampai menggadaikan rumah, mobil mewah, dan perusahaan tanpa sepengetahuan Mey.
Dalam kekalutan Mey pergi dari rumah dan kembali kerumah Bibi Aminah, di sana Mey ceritakan semua yang dialaminya termasuk apa yang telah dilakukan Bagus. Sementara Wisnu dengan sejuta pesonanya menawarkan kebahagiaan yang mungkin tak didapatkan Mey dari Bagus. Wisnu menyuruh Mey minta cerai ke Bagus, ia tak ingin dan tak rela Mey diperlakukan seperti itu oleh Bagus. Hampir saja Mey mengiyakan dan menuruti nasehat Wisnu saat tiba-iba Bagus datang dengan bersimpuh di kaki Mey. Dia menangis, meminta maaf, dan berharap Mey mau kembali padanya. Tapi hati Mey terlanjur sakit atas perlakuan Bagus.
“Mey.... maafkan aku Mey... aku tahu aku salah, aku tahu aku tak mendengar semua nasehatmu, aku khilaf Mey... aku silau akan dunia dan harta... aku lupa akan cintamu yang begitu besar dan suci... aku ingin kita kembali seperti dulu... seperti saat kita belum punya apa-apa... hidup sederhana tapi penuh cinta...”
Paman dan Bibinya meminta agar Mey mau memaafkan kesalahan Bagus, tapi mereka tak dapat memaksa bila Mey punya keputusan lain.
Bagus terus meminta maaf, tapi Mey tak sanggup berkata apa-apa. Hanya linangan air mata yang membasahi pipinya. Mulutnya seperti terkunci rapat. Bagus memeluk Mey yang terdiam kaku, tak ada respon sama sekali dari Mey. Bagus menyadari mungkin apa yang dilakukannya sudah amat keterlaluan dan butuh waktu bagi Mey untuk memikirkan tentang permintaan maafnya. Akhirnya Bagus melepaskan pelukannya, mengambil dagu Mey dan menatapnya tajam seraya berkata.
“ Maafkan aku Mey, aku tahu mungkin aku terlalu memaksakan kehendak. Dan aku tahu kamu butuh waktu untuk bisa memaafkan aku....”
Akhirnya Bagus pamit meninggalkan Mey, ia tahu Mey shock dengan semua ini. Seperginya Bagus, Mey langsung berlari ke kamarnya, tak dihiraukannya tangisan si montok dalam gendongan Bibi Aminah. Mey menangis sejadi-jadinya, Apa yang dilakukan Bagus memang keterlaluan, tapi apakah tiada maaf untuk suaminya, masih pantaskah ia memberi kesempatan kedua kepada Bagus? Pertanyaan demi pertanyaan itu terus perang di hatinya. Sejujurnya ia masih amat mencintai suaminya yang telah memberinya buah hati yang begitu cantik, Najla Qaulan Syadiida. Mey ingn membesarkan anaknya dengan kasih sayang yang utuh dari dia dan suaminya. Tapi disatu sisi tawaran Wisnu amat menngodanya, Wisnu begitu mencintainya, buktinya hingga saat ini Wisnu tak juga menikah karena tak bisa melupakannya. Apa yang dilakukan Bagus saat ini bukan tidak mungkin suatu saat akan terulang lagi. Penghianatan cinta Bagus amat mengiris-iris hatinya.
Tagisan Mey begitu menjadi hingga tak tahu Bibi Aminah masuk ke kamar dan duduk di sampingnya. “ Bibi ikut prihatin atas semua kejadian ini Mey, tapi... yakinlah pasti ada hikmah di balik semua ini. Dalam membina rumah tangga tidak mungkin tanpa masalah... apalagi kalian masih sangat muda, apa yang terjadi saat ini, semoga semakin mampu mendewasakan kalian, nanti Bibi dan Paman akan bicara lagi ke Bagus... sementara waktu mungkin kamu perlu menenangkan diri sebelum mengambil keputusan. Yang jelas apapun yang menjadi keputusanmu Bibi hargai itu...sekarang lebh baik kamu ambil wudhu dan sholat... mohon petunjuk agar kamu diberi hati yang bersih, pikiran tenang, dan dilepaskan dari semua prasangka buruk agar kamu bisa mengambil keputusan terbaik...” Bibi Aminah mengelus pundak Mey dan kemudian pergi menininggalkan Mey sendiri.
@@@@@@@@@@@@
“ Good night princess... ?”
‘hello.... kenapa ga jawab..?.”
“Kamu masih sedih princess?”
Malam itu Mey online, Yahoo Mesengger -nya aktif, seperti malam-malam sebelumnya sejak dua minggu terakhir Wisnu selalu hadir di facebooknya, mencoba mendapatkan hati Mey lagi. Mungkin Wisnu memang datang di saat yang begitu tepat. Saat Mey merasa sendiri dan tak kenal lagi siapa suaminya, Mey yang butuh tempat curhat, Mey yang kesepian lalu Wisnu datang bak pangeran yang datang dengan membawa kuda putih gagah lalu menawarkan bantuan.
Tak satupun pertanyaan dan sapaan Wisnu dijawab Mey. Malam itu adalah akhir dri segalanya. Ya... Mey harus mengambil sikap tegas. Memaafkan Bagus dan kembali kepadanya ataukah menerima Wisnu Pradana, seseorang yang pernah memberi kisah manis dimasa lalunya.
“Princess... aku tahu kamu sedih... tapi semua ini akan segera berakhir, percayalah karena aku akan membawamu pergi dari mimpi buruk ini... akulah kekasih sejatimu.... Bagus hanyalah mimpi buruk yang mungkin harus segera kamu buang jauh jauh... aku akan membahagiakanmu... takkan pernah sedikitpun aku akan membiarkanmu dalam kesedihan... “
“Yang harus kamu lakukan sekarang adalah cepat urus surat ceraimu... kemudian aku akan datang menikahimu,.... aku akan membawamu ke Mallay, kita akan hidup bahagia sayang...”
Begitulah rayuan demi rayuan Wisnu untuk mendapatkannya kembali. Mey memejamkan mata, menarik nafas panjang hinga beberapa kali. Ia sadar hidup adalah pilihan, dan apapun keputusannya malam ia siap menerima konsekuensinya.
“Bismillahirohmanirohhim... bismillah.... biidznillah.... semoga apa yang aku tulis malam ini terhindar dari fitnah, dan prasangka prasangka.
Mas wisnu, sungguh semua ini amat berat untukku. Tapi aku yakin keputusanku ini menjadi keputusan terbaik untuk aku dan Mas Wisnu....
Apa yang terjadi dalam pernikahanku memang menyakitkan buatku, tapi aku sadar ini adalah pelajaraan berharga yang akan semakin mendewasakanku... setelah permintaan maaf Mas Bagus, dan kesungguhannya untuk tak mengulangi kesalahannya lagi, saat itu juga luluh hatiku... aku lihat cinta di matanya, aku lihat kesungguhan di matanya, dan aku lihat kejujuran di ucapannya...aku akan memaafkannya, dan kembali menata puing-puing cinta kami yang sempat berserakan.... aku masih teramat mencintainya... selalu... sekarang dan selamanya hingga maut memisahkan kami....
Mas Wisnu, aku yakin Alloh sudah menyiapkan jodoh untuk Mas Wisnu...
Belajarlah untuk melupakan aku, dan segera menikahlah....maafkan aku “
Begitulah akhir dari semuanya, Mey menutup laptopnya. Merapikan jilbabnya di depan kaca. Mengoleskan bedak dan lipstik tipis di bibirnya. Pangeran pujaan hatinya telah menunggu di ruang tamu. Mey telah menyiapkan senyum terindahnya untuk sang pujaan hati.......... Bagus suaminya.
@@@@@@@@@@@@

0 Komentar:

Post a Comment