Friday, November 2, 2012

OASE...



 

“Sayang….maafin mama nggak sempat nunggu kamu pulang. Tadi sekretaris Papa Heri ngasih tahu Mama kalau Papa Hery sakit dan janji dengan banyak klien terbatalkan. Mama harus ke Medan sekarang juga, mungkin sampai Papa Hery sembuh. Tapi tenang aja, selama Mama nggak di rumah, ada Bang Denny yang akan ngurusi kamu . Jangan bandel ya…… Nurut sama abang kamu. Ok….take care my dear……love you…Mama.”

Sebuah pesan tertempel di pintu kamar Saski.


“BETE……..”


Saski terus menggerutu. Tega-teganya Mama ninggalin dia sendiri. Dan lebih parah lagi menyerahkan semua urusan rumah ke Denny. Itu artinya Denny bakal gede kepala karena diberi kekuasaan. Kalau saja menangis bisa menyelesaikan masalah, ingin rasanya Saski menangis sekeras-kerasnya. Kenapa harus ada Papa Hery di ehidupannya, dan kenapa harus ada sosok bernama Denny Saputro di rumahnya. Andai bisa memilih dan tak kasihan ke Mama pasti dia lebih memilih Mama tak menikah lagi. Apalagi dengan Papa Hery, mantan guru SMP-nya yang kini beralih menjadi pengusaha.

Semua gara-gara Tante Wina sahabat Mama. Dua tahun lalu setelah kematian papanya karena kecelakaan kerja, mama menjadi single parent. Suatu hari tante Wina sakit Diabetes Militus hingga komplikasi ke jantung, ginjal dan matanya. Semua pengobatan sudah dijalaninya tapi tak ada perubahan berarti, bahakn mata tante sampai mengalami kebutaan. Karen amasa hidupnya tak lama lgi, tante Wina berpesan agar mama menikah dengan suaminya. Sebenarnya mama menolak, tapi tante Wina terus memohon hingga akhirnya mama tak kuasa menolak permintaan sahabatnya itu. Tante Wina sempat tak sadarkan diri di ICU selama 4 hari, hingga sebuaah keajaiban terjadi. Satu jam sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir tante Wina memberi isyarat agar mama segera menikah dengan suaminya. Dan akhirnya mereka benar-benar menikah di depan jenzah tante Wina. Semua yang ada di ruangan itu tak kuasa menahan tangis, melihat ketulusan mama yang bersedia menikahi suami tante Wina di saat suasana serba tidak memungkinkan.
Awalnya semua berjalan dengan baik karena ternyata papa Hery begitu menyayanginya. Tapi semua berubah sejak 2 bulan lalu. Sejak kedatangan anak papa Hery yang selama ini kuliah di Melbourne University karena mendapat beasiswa. Dia pulang ke Indonesia dan tinggal bersama mereka. Denny yang sok imut, sok baik, dan perhatian dalam sekejap mampu mengambil hati mama. Bahkan mama begitu mudah mempercayai Denny.

@@@@@@@@@


“Sas…..Saski…bangun…..makan yuk…..”

Denny mengetuk pintu kamar Saski tiga kali tapi tak juga ada jawaban.
“Sas….bangun….”
“Aku masih ngantuk…..”
“Hei…anak gadis nggak bagus bangun kesiangan….pamali, tau…..”
“Iya…iya….cerewet banget……”
“Abang.tunggu di meja makan. Tuh, abang beliin bubur ayam kesukaan kamu. Ntar keburu dingin lho…….”
Saski manyun. Sok perhatian banget sih…….batinnya. Mungkin Denny pikir dengan memberii perhatian bisa mengambil hati Saski. Tapi Saski nggak akan berubah.
Dengan berat hati Saski beranjak dari tempat tidur dan mandi, setelah itu pergi ke meja makan. Di sana Denny sudah menunggu, secangkir teh panas dan semangkok bubur ayam sudah siap di meja makan Saski.
“Harusnya yang nyiapin sarapan kan aku…..tapi….EGP……bodo amat……aku kan nggak nyuruh dia, salah dia sendiri…..” Saski bicara dalam hati.
“Nggak usah merasa bersalah gitu Sas….. Abang tahu dalam hati sebenarnya kamu mau menyiapkan sarapan. But It’s ok girl…..Abang senang kok bisa ngurus kamu…”
“Enak aja, nggak usah GR ya….udah ah….jadi nggak mood sarapan. Aku ke kampus dulu…..”
“Abang antar ya……”
“What….!!! Hei….aku bisa nyetir sendiri, nggak perlu sopir. Mana kuncinya……”
Saski mencoba merebut kunci dari tangan Denny tapi tak berhasil.
“Mama bilang kamu nggak boleh bawa mobil, biar Abang yang antar jemput kamu…”
“Oh ya….jadi sekarang semua yang atur kamu ? Heran…..kenapa sih mama begitu percaya banget sama kamu….”
“Sas, kamu kan belum begitu lancer bawa mobil, abang nggak mau terjadi apa-apa sama kamu…..”
“sebenarnya apa sih mau kamu…? Kamu udah rebut mama dari aku. Mama kamu rebut, dan sekarang kamu mulai sok ngatur-ngatur aku…..puas kamu….??!!”
“Udah buruan…ntar kamu telat…..”
Denny segera masuk mobil. Dengan hati dongkol Saski masuk ke mobil juga.
“Oke juga mentalnya......aku omelin terus, tapi tetep kalem aja. Tapi aku mau tahu sampe kapan dia betah di rumah ini……”. Hati Saski terus bicara. Otaknya terus berpikir bagaimana caranya agar Denny tidak betah tinggal di rumahnya.

@@@@@@@@


Ini bulan ke tiga Saski hidup dengan satpam super galak dan sok ngatur. Siapa lagi kalau bukan abang tirinya, Denny. Saski semakin risih dengan sikap Denny yang over protektif. Ini nggak bole itu nggak boleh, benar-benar seperti di penjara. Bayangin aja, tiap hari pulang pergi keliah diantar, pergi ke luar harus pamit, bahkan jam sembilan malam harus sudah di rumah. Dan waktu Saski protes ke mama, mamanya Cuma nyuruh Saski ikut semua kata Denny.

Seperti malam ini, Saski udah siap ngedate bareng cowok barunya, Sebastian Kurniawan. Mereka baru jadian seminggu yang lalu, 4 hari sebelum mama pergi. Saski mengoleskan lipstick warna pink, blass on tipis di kedua pipinya agar tampak lebih merona.
Suda 3 kali dia mengganti bajunya sampai pilihannya jatuh pada tank top warna pink dibalut jaket kesayangannya, rok mini bahan jeans pun jadi paduan yang dia pilih.
Setelah memutar tubuhnya ke kanan, ke kiri di depan kaca dan merasa sudah pas semua, Saski keluar kamar. Tian, panggilan saying Sebastian, sudah menunggu di luar. Tapi begitu Saski sampai ruang tengah, Denny ada di sana. Saski mencoba terus cuek berjalan, tapi Denny menghalanginya, berdiri di depan pintu dengan kunci mobil dan rumah di tangannya.
“Mau kemana ?”
“Apa urusan kamu…..emang aku harus lapor setiap kali mau pergi……”
“Memang harus begitu….ini pesan mama…..aku harus jagain kamu. Sekarang Abang nanya, kamu mau kemana ?”
“Hang out lah……ini kan malam minggu……jadi aku bisa pulang lebih malam….”
“Hang out…dengan baju seperti ini…….rok mini…..tank top…..nggak ada baju lain ?”
“Hello….ini Jakarta. Apanya yang salah dengan bajuku……Mama aja nggak pernah ngelarang aku pake baju apapun. Sekarang kamu……sook ngatur-ngatur baju segala….”
“Kamu nggak boleh pergi….”
“What…?!!. Enak aja kamu bilang, aku udah janjian sama temenku….”
“Kalau gitu Abang yang antar……”
“Come on…..aku bukan bayi lagi. Aku udah 18 tahun. Aku bisa kemana-mana sendiri......
Terus terang, aku nggak suka sikap kamu yang sok ngatur. Rumah ini benar-benar seperti neraka, apa-apa nggak boleh…… Kenapa sih sekarang mama begitu percaya sama kamu…..”
“Semua demi kebaikan kamu Sas……Abang sayang kamu…..Abang nggak ingin ada apa-apa dengan adik Abang satu-satunya……kamu ngerti kan……?”
“Kamu yang seharusnya ngerti aku……pokoknya kau tetep pergi………”
“Nggak……”
“Please…….”
“Abang yang antar atau tidak pergi sama sekali……..’
“Aku nggak ngerti jalan pikiran kamu……ini 2010, bukan 1945…..ini Jakarta, bukan kampong pedesaan………Aku heran….katnya kamu lulusan Melbourne Universitty, tapi kok nggak gaul gini……”
“Pokoknya nggak ada hang out atau clubbing malam ini. Oke….?!!”, Denny tersenyum. Saski bersungut-sungut, segera lari ke kamar. Wajahnya penuh kemarahan.
Di kamar Saski mengamk, membanting barang-barang kesukaannya.
“Aku bersumpah……Aku benci kamu selamanya…..Aku akan cari cara gimana kamu harus pergi dari rumah ini…..!!!. Jangan panggil aku Saski kalau aku nggak bisa ngusir kamu makhluk jelek……..Aku benci….!!!”

@@@@@@@@


“Ma…..kapan mama pulang ?”. Suara di ujung telepon terdengar penuh harap, sesekali isak tangisnya masih terdengar.

“Belum tahu saying……Kondisi Papa Heri belum stabil. Kenapa ? Kan ada Abang Denny yang bisa nemenin kamu kemana-mana…….”, ucap mama lembut.
“Tapi ma….Saski nggak suka dengan Denny……dia sok ngatur-ngatur, apa-apa nggak boleh…. Masa Saski nggak boleh ngedate sama Tian……lagian tadi malam kan malam minggu. Udah gitu sekarang dia suka ngatur-ngatur baju Saski…..yang terlalu mini lah, ketat lah…pokoknya mama cepet pulang, Saski udah nggak betah lagi……..”
“Sabar saying…….. Mama percaya, apa yang Abang Denny lakukan karena dia saying kamu……oke ?. Sekarang mama ke RS dulu ya………bye…I love you……”
“Ma….mama…….ya….putus……..”
Saski ngambek karena mama memutus telponnya. Padahal sekarang susah banget nelpon mamanya.
“Bi…..Bibi………….”, Saski berteriak dari kamar. Bibi Mimin yang bru pulang dari kampong kemarin segera ke kamar Saski, padahal di dapur bibi sedang memasak.
“Iya non……ada apa…? Bibi lagi masak di dapur.”
“Siapa yang nanya..!!. Tuh bersihin kamar, aku mau mandi……pokoknya selesai mandi semua udah harus rapi……”
“Tap….tapi non…..masaknya gimana…?”
“bodo……”
Bi Mimin menarik nafas panjang. Berhadapan dengan mejikan yang satu ini memang harus ekstra sabar kalu tidak ingin runyam. Bi Mimin segera ke dapur untuk mengambil keranjang sampah. Tapi di belakang ada Denny yang melihatnya.
“Lho…..Bibi kok masaknya ditinggal……untung nggak gosong……”
“Anu Mas……itu…..Non Saski nyuruh Bibi bersihin kamarnya. Padahal Bibi udah bilang lagi masak.”
“Keterlaluan tuh anak…..Udan, mana keranjang sampahnya. Bibi terusin masaknya”
“Tapi Mas…….”
“Udah…Bibi tenang aja…..”. Denny membawa keranjang sampah, sapu dan lap pel ke kamar Saski yang masih berantakan dan terbuka lebar. Begitu Denny naruh barang-barang itu, Saski keluar dari kamar mandi.
“Ngapain bawa-bawa lap pel, keranjang sampah dan sapu ke kamarku ?. Bibi mana ? Disuruh bersihin malah pergi………..”
“Bibi lagi mask Non……jadi mohon maaf, silahkan kamarnya dirapikan sendiri…..”, ucap Denny sambil ngeloyor pergi.
“What…?!!. Enak aja….bibi dibayar kan buat bersih-bersih……Emangnya aku pembantu apa ?”. Saski marah-marah.
“Selamat bersihin kamar Saski manis……..” ucap Denny meledek.
Sambil marah-marah dan teurs menggerutu Saski akhirnya membersihkan pecahan guci, dan barang-barang yang berantakan akibat ulahnya sendiri radi malam. Di dapur, Denny dan bibi cekikikan karena sukses memberi pelajaran ke Saski yang sok bossy.

@@@@@@@@


Saski curhat dan nagis habis-habisan di depan Tian. Siang itu Saski ada jadwal kulia tambahan, tapi demi bias pergi dengan Tian, Saski rela bolos kuliah dan ngedate disebuah mall dekat kampus.

“Ya ampun saying…..jahat banget sih abang kamu…..Emang mama kamu kapan pulangnya ? Kalau kayak gini terus, mana bias kita hang out malam-malam…… Masak malam mingu juga nggak boleh pergi…..”
“Tuh dia masalahnya. HP mama sering nggak aktif, udah gitu katanya papa Heri masih di RS……”
“Ya udah…..nggak usah sedih gitu, kan kita tetep bisa BBM-an……aku ngerti kamu kok… Ntar kalau kondisi udah memungkinkan kita bisa sering ketemuan kok…..” ucap Tian penuh perhatian.
“Ya ampun…..kamu pengertian banget…..aku jadi makin saying……..”
“Kalau gitu minggu ini kita nggak usah ketemuan aja dulu……ntar kalau mamamu udah pulang cepet call aku ya……..’
“Ok…..”
begitulah akhirnya Saski sepakat untuk nggak ketemuan dulu demi menghindari omelan-omelan Denny. Selesai makan mereka jalan-jalan sampai nggak ingat sudah jam sembilan malam.
Saski kalang kabut begitu tahu jam sembilan. Tian langsung mengantar Saski pulang, padahal ia masih kangn Saski.

@@@@@@@@


Denny masih menonton bola di TV, saat suara bel berbunyi beberapa kali. Denny pura-pura cuek, dibiarkan Saski trus memencet bel.

Tapi lama-lama kasihan juga. Denny beranjak ke pintu.
“dari mana ? Jam segini baru pulang……” ucap Denny datar. Saski menunduk.
“Sekarang pinter ya…..bilangnya ada kuliah tambahan, taunya pergi jalan-jalan sama Tian……Kenapa ngga clubbing sekalian…….” Denny mulia bernada tinggi.
“kamu bayar berapa ke temen-temen kamu buat bohong……… Kamu tau ? Abang jemput kamu jam dua….dan dua jam abang nuggu kamu di parkiran…… Temen-temen kamu bilang kamu lagi ada jam tambahan…….
Jam 4 abang cari kamu nggak ada, abang telpon Hp kamu mati…Mau kamu apa sih ?!!”
“Aku kan udah minta maaf…….”
“Minta maaf itu mudah. Tapi kamu udah menyalahgunakan kepercayaan abang……. Kamu tau ngak, betapa kuatirnya abang waktu dengar di TV ada korban pembunuhan dengan cirri-ciri mirip kamu…….. Abang ke sana ke sini nyari informasi, sampai ada yang bilang kalau kamu lagi jalan-jalan sama Tian…….. Abang kuatir Sas…!!!!”
Saski ketakutan. Belum pernah Denny semarah itu. BIcaranya tinggi tapi penuh kekhawatiran. Saski jadi merasa bersalah.
“Kamu nggak tau siapa Tia…….Dia itu cowok nggal bener……”
“Bohong !!!”
“Terserah….percaya atau nggak…..Abang Cuma bilang sekali…..”
“Tian cowok baik-baik. Aku lebih kenal dia daripada kamu…….Kamu nggak berhak menilai dia……” ucap Saski mulai marah.
“Abang nggak ingin kamu kecewa Sas……..”
“Pokoknya aku nggak suka kamu ngatur-ngatur hidupku……aku benci kamu……..”
“Ok. Kalau memang kamu nggak suka abang atur-atur kamu, mulai malam ini juga abang janji nggak akan ganggu hidup kamu……..Semua terserah kamu…..tapi ingat, kamu harus siap dengan segala konsekuesinya…….”
“Ok, deal…..”
“Deal………”
Akhirnya mulai malam itu Denny berjanji untuk tidak lagi mengatur dan banyak bicara urusan Saski. Mereka sendiri-sendiri, seperti sebelum Denny masuk ke rumah itu.

@@@@@@@


Hari ini adalah hari kebebasan buat Saski, seperti habis dalam penjara bertahun-tahun. Maka hari itu juga Saski mengundang temen-temennya untuk hang out nanti malam, mencoba menikmati hidup setelah lama terpenjara oleh aturan-aturan Denny. Mereka janjian clubbing sampai malam, dan Tian sudah pasti ikitan.

Nampakya Sas tidak tahu kalau diam-diam Denny terus memantau dan mencari tahu apa dan dimana Saski pergi., dan malam ini Denny siap-siap membuntuti Saski dan teman-temannya.
Saat semua pengunjung sedang asyik dengan house music yang di mix oleh DJ, dari jauh Denny melihat Saski, Tian dan teman-temannya duduk melingkar di sofa dengan lampu temaram. Saski berteriak-teriak kegirangan merasakan kebebasannya dari belenggu Denny.
Ketika Saski cs ingin beranjak ntuk turun ke dnace floor dengan alunan musik yang diramu oleh DJ, tiba-tiba ada suara riuh.
“Angkat tangan semua……..Jangan ada yang bergerak……... Semua tetap di tempat….”
Sekelompok polisi dating dengan tiba-tiba, dan satu persatu pengunjung digeledah. Yang tidak membawa identitas dan dicurigai membawa narkoba atau senjata tajam langsung dibawa ke kantor polisi.
Saski menangis histeris karena ketakutan. Saat dompetnya digeledah, polisi tak menemukan KTP di dompet Saski. Dia lupa kalau tadi siang KTP dan dompetnya tertinggal di rumah, dan dia bawa dompet satunya.
Kalang kabut perasaan Saski saat polisi menyuruhnya ikut ke kantor polisi. Dan adegan mencengangkan terjadi saat polisi menemukan dua bungkus kecil bubuk kecil yang dicurigai shabu-shabu di tas Saski.
“Pak…..itu bukan punya saya…….sumpah pak……..”
“Nanti saja keterangannya di kantor polisi……..”
“Tapi pak………..”
“Sudah ikut saja….”
Dan tiba-tiba Tian mencoba lari saat polisi juga menemukan lintingan rokok yang diduga ganja di saku celana Tian. Karena berusaha kabur dengan melompat meja, polisi mengejarnya hingga melepaskan tembakan ke arah kaki Tian. Karena kesakitan, Tian ambruk, diborgol tangnnnya dan diseret ke mobil polisi. Saski menangis sepanjang perjalanan.
Sesampai di kantor polisi, satu persatu diinterogasi dan Saski baru tahu kalau Tian memang buronan polisi. Dia masuk DPO, pengedar narkoba yang terkenal di kalangan mahasiswa. Aksinya lihai dan licin.
Saski terus menangis, meratapi nasibnya. Ia amat ketakutan karena seumur hidupnya baru kali ini masuk kantor polisi, apalagi karena kasus.
Satu persatu yang ada di kantor itu di tes urine setelah diinterogasi..
“Nama lengkap ?”
Ssaki terus gemetaraan saat polisi menginterogasinya.
“Saskia Veranda”
“Umur ?”
“18 tahun”
“Pekerjaan ?”
“Mahasiswi”
“Kenapa di tas anda ada barang ini ?”
“Pak, itu bukan punya saya”
“kalau bukan punya anda, lantas punya siapa ?”
“Anu pak……ta….tadi seingat saya temen saya bilang mau nitip sesuatu di tas……tapi saya nggak tahu barang apa………”
“Namanya siapa ?”
“Tian Pak……..Sebastian Kurniawan “
“Dia itu siapa anda ?”
“Em……pacar Pak……”
“Anda tahu apa pekerjaannya ?”
“Nggak Pak…….Dia bilang supplier furniture antik ke luar negeri…….tapi pastinya nggak tahu…………”
“Anda tahu…..pacar anda itu pemakai dan juga Bandar narkoba…….dia buron polisi 3 bulan ini………”
“Nggak Pak…..Tapi saya nggak ikut dipenjara kan Pak…….. Saya anak baik-baik. Saya bisa hubungi pengacara keluarga saya……..”
“Ok, silahkan……….”
Dengan gemetaran Saski menghubingi Denny. Denny yang sudah tahu kalau Saski di kantor polisi berlagak tidak tahu apa-apa.
“Den….tolong aku………”
“Kenapa Sas ? Kamu dimana ?”
”Aku…….au di kantor polisi……..”
“Apa ?!! Di kantor polisi ? Bukannya kamu lagi hang oout sama temen-temen kamu ?”
“Ceritanya nanti……Sekarang kamu k sini…….Aku takut…..please……..”
“Sorry Sas…..bukannya kita udah sepakat untuk sendiri-sendiri. Aku nggak mau lagi ngurusi kamu……….”
“Tapi Den…..please…..Cuma kamu yang bisa nolongin aku……Aku nggak mungkin ngasih tau mama……Please Den…….tolongin aku……..’
Denny menahan tawa, mendengar Saski terus memohon sambil menangis, sangat berbedadari biasanya yang sok dewasa bisa menyelesaikan semuanya.

@@@@@@@


Denny baru selesai mengaji saat tiba-tiba Saski masuk kamar. Pintu kamar Denny kebetulan terbuka lebar.

“Boleh ngomong nggak ?”
Denny yang masih memakai sarung jadu heran dengan tingkah Saski yang sok manja.
“Aku mau ke mall…..temenin yuk……temenku ultah besok, aku mau nyari kado……”
“Nggak mau…….”
”Please……..ya…….mau ya…….”
“Nggak mau…..biasanya kan sama temen-temen kamu……..”
“Aku maunya sama Abang…..”. Denny mendelik, nggak percaya dengan ucapan Saski.
“Apa……..tadi bilang apa ?”
“Abang…..Abnag Dennya…..”
“He……he……he….. KOk tiba-tiba manggil abang….”. Denny menggoda, Saski jdi tersipu malu. Mama ikut-ikutan ke kamar Denny.
“Ih……rukun amat…….ngobrol apa sih…….mama ikutan dong…..”
“Em……mau nraktir Bang Denny ma………Kan dia yang udah nyelametin Saski dari kantor polisi. Ternyata serse yang di kantor itu temen baiknya Bang Denyy…..Makasih ya bang……” ucap Saski tersipu.
“Tapi ntar sama mama papa sekalian biar seru………”
“Sama pacar Bang Denny juga boleh….”
“Abang nggak punya pacar……”
“Kenapa ?”
“He….he…..he……Abang nati pacaran. Kalau emang udah siap trus suka sama orang, pasti langsung abang ajak nikah, bukan pacaran…….”
“Trus……kapan kenalnya kalo gitu…?”
“Ya….pacarannya abis nikah aja, pasti seru……”
“Aneh…..”
“Ye…..makanya baca buku, dengerin pengajian……jangan clubbing mulu……kalau tiba-tiba malaikat maut dating trus kamu matinya pas lagi clubbing, mau nggak ??”
“Ih ngeri……..”
”tuh kan…..emang ngeri……makanya sekarang nggak usah clubbing-clubbingan segala, mending fokus kuliah biar cepet kelar…..trus gaulnya sama temen yang bener……..”
“Abang sok alim……..”
“Ye……mending sok alim, daripada sok…….tar……..sok…….”
“Abang kamu bener tuh……kalau temenan pilih-pilih, jangan sembarangan…….”
“Tapi susah Ma…..nyari temen baik-baik….”
“Siapa bilang ? Habisnya nyarinya ke mall sama clubbing…..ya temennya yang kayak gitu. Tapi coba deh…….sekali-kali di kampus kamu main tuh ke anak-anak rohis kampus. Pasti anaknya nggak aneh-aneh. Besok Abang kenalin sama adik temen Abang yang kuliah di kampusmu juga”
“Siapa ?”
“Aisyah”
“Ok”

@@@@@@@


Saski masih melamun di teras samping rumah saat abangnya lewat. Mama dan papnya sedang pergi ke hajatan Pak Windu, tetangga sebelah gang.

“Abang pergi dulu ya…..”
“Eh….Abang mau kemana ?”
“Tuh tadi ada undangan pengajian remaja di masjid deket rumah. Mau ikut ?”
“Emang boleh ? Lama nggak ? pulangnya jamberapa ?”. Denny geleng-geleng diberondong pertanyaan.
“Hm….dasar bawel. Giliran ke mall aja nggak nanya ini itu. Eh…..ke masjid kok cerewet….”
”He….he….he…..iya ya……Aku ikut. Yuk….!”. Denny melongo melihat Saski ngeloyor jalan duluan.
“Enak aja ikut……..tuh baju kamu…….”
Saski tertawa begitu sadar dia cuma pake kaos belel dan celan pendek.
“He….he…..he….lupa…. Tapi aku nggak punya baju panjang Bang…..Eh, tapi pinjem punya mama bentar ya……..”
Saski segera berlari ke kamar mama, dan sebentar kemudian…..toreng……toreng….
toreng……. Denny di buat melongo melihat penampilan Saski yang memakai setelan baju panjang dan jilbab warna biru.
“Subhanalloh……..cantiknya adik Abang……”
“Ih….Abang jangan meledek…….” Saski tersipu-sipu dipuji Denny.
“Serius….Abang nggak bohong. Kamu lebih cantik pake jilbab daripada Cuma pake tank top dan rok mini…….”’
Sepanjang perjalanan Saski baru merasa kalau abangnya ini memang benar-benar sayang dia. Buktinya tak lebih dari 4 bulan Denny benar-benar bias merubah kelakuannya. Walaupun awalnya dia merasa Denny sok ngatur dan mau menang sendiri.
Satu hal yang membuat Saski salut. Denny tak kenal putus asa apalagi dendam atas semua perlakuan dan kata-katanya selama ini. Sasaki merasa selama ini hatinya hampa, gersang dan tak tenang. Apalagi sebagai anak semata wayang yang semuanya serba tercukupi, tapi selalu kesepian.
Kehadiran Denny bagai oase di padang tandus siang hari.
“Pantas saja mama begitu percaya Bang Denny, sekarang aku tahu jawabannya….” Ucap Saski dalam hati.
“kamu kenapa senyum-senyum sendiri ?” Denny melambai-lambaikan tangannya
“Eh……anu…..nggak apa-apa kok…….”Saski senyum penuh bahagia.
“Aneh……….he……he….he……”

THE END

0 Komentar:

Post a Comment